Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah melatih 80 startup lewat program inkubasi Startup Studio Indonesia (SSI). Perusahaan rintisan yang lolos ini juga telah meraih pendanaan total Rp 332,1 miliar.
Namun Kominfo tidak memerinci berapa startup lulusan SSI yang memperoleh pendanaan. Kementerian hanya menyebutkan bahwa 30% - 40% di setiap batch berhasil mendapatkan pendanaan tahap awal setelah mengikuti SSI.
“Beberapa startup lain seperti Shieldtag (SSI batch 2) berhasil meningkatkan jumlah pengguna hingga 10x lipat dan Paygua (SSI batch 4) mencatatkan pertumbuhan bisnis organik lebih 200% pasca-lulus SSI,” demikian dikutip dari keterangan pers Kominfo, Sabtu (3/12).
SSI merupakan program inkubasi startup yang bertujuan mendampingi para perusahaan rintisan tahap awal (early-stage) agar dapat mencapai product-market fit.
Product-market fit merupakan konsep atau skenario ketika para pelanggan suatu perusahaan mau membeli, menggunakan, dan menyebarkan informasi tentang suatu produk. Jika itu terjadi pada banyak pelanggan suatu bisnis, maka akan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan dan meningkatkan keuntungan.
CB Insights melaporkan, 42% startup gagal karena tidak berhasil menemukan product-market fit.
Oleh karena itu, Kominfo menggelar SSI selama dua tahun. Sebanyak 10.160 startup mendaftar program ini, tetapi hanya 80 atau 0,79% yang lolos.
Rincian persentase yang lolos per-batch sebagai berikut:
- Batch 1 2,99%
- Batch 2 1,39%
- Batch 3 0,26%
- Batch 4 1,26%
- Batch 5 1%
Sektor startup yang mendominasi pendaftaran SSI sejak tahun pertama adalah:
- Pendidikan (24,9%)
- Kesehatan (11,6%)
- Pariwisata (9,6%)
Dalam proses seleksi dan evaluasi, SSI menetapkan empat faktor penilaian utama, yaitu:
- Profil dan pengalaman founder
- Product-market fit
- Potensi pasar dan potensi untuk scale-up
- Diferensiasi dan lokalitas
Berdasarkan lima kali penyelenggaraan, dewan kurator SSI yang terdiri dari para ahli dan pelaku startup, serta perusahaan ventura kapital telah mengidentifikasi empat tantangan utama, yakni:
- Diferensiasi (69%): Startup belum memiliki poin keunggulan dibandingkan kompetitor lokal dan global, atau kesulitan membentuk produk yang sesuai dengan karakteristik dan preferensi masyarakat Indonesia.
- Kesulitan dalam mengidentifikasi target pasar dan pain points-nya (60%): Alhasil, pertumbuhan bisnis terhambat atau kurang dari 10% per bulan atau bahkan menurun.
- Bisnis dijalankan oleh founder yang kurang/belum berpengalaman dalam sektor teknologi/bisnis (54%): Sebagian bahkan belum memiliki penguasaan mindset kewirausahaan yang baik untuk mengambil keputusan bisnis strategis.
- Beroperasi di sektor pasar yang belum matang, terlalu niche, atau memiliki barrier of entry yang tinggi (45%). Ini akan membuat startup kesulitan untuk scale up dan mengembangkan lini bisnis.
Startup Studio Indonesia kini membuka pendaftaran bagi early-stage founders untuk program batch ke-6 hingga 1 Februari 2023.