Silicon Valley Bank (SVB) menyatakan kolaps pada Sabtu (11/3). Kebangkrutan bank di markas raksasa teknologi ini menjadi kegagalan terbesar bank Amerika Serikat (AS) sejak Washington Mutual pada 2008.
Berdiri pada 1983, Silicon Valley Bank berspesialisasi pada perbankan untuk perusahaan rintisan atau startup teknologi. Bank ini menyasar tiga segmen yakni:
- Startup
- Modal ventura yang mendukung startup
- Perusahaan ekuitas yang mendukung startup
Silicon Valley Bank beroperasi di 29 kantor di Amerika Serikat, India, Inggris, Israel, Kanada, Cina, Jerman, Hong Kong, Irlandia, Denmark, dan Swedia.
“Bank ini menyediakan pembiayaan untuk hampir setengah dari perusahaan teknologi dan kesehatan yang didukung usaha di AS,” demikian dikutip dari CNN Internasional, Minggu (12/3).
Silicon Valley Bank termasuk di antara 20 bank komersial Amerika teratas. FDIC mencatat, total asetnya US$ 209 miliar pada akhir tahun lalu.
Kinerja Silicon Valley Bank sejak 2019 sebagai berikut:
2019
- Silicon Valley Bank mengakuisisi bank investasi kesehatan Leerink Partners
- Membuka Pusat Pengiriman Global di India
- Membuka kantor Kanada
- Membuka kantor Denmark
2020
- Silicon Valley Bank mengakuisisi Bisnis Investasi Hutang WestRiver Group
- Merayakan 10th Annual Tech Gives Back week of community service
2021
- Silicon Valley Bank mengakuisisi Boston Private, penyedia layanan pengelolaan kekayaan, kepercayaan, dan perbankan
- Mengumumkan US$ 11,2 miliar untuk rencana manfaat masyarakat lima tahun
- Meluncurkan Nasdaq Private Market dengan Nasdaq, Citi, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley
- Meluncurkan praktik perbankan investasi teknologi
- Mengakuisisi firma riset ekuitas MoffettNathanson
2022
- Silicon Valley Bank mengumumkan komitmen untuk menyediakan US$ 5 miliar dalam keuangan berkelanjutan
- Menetapkan tujuan untuk mencapai operasi netral karbon pada 2025
- Menyambut Kay Matthews sebagai ketua dewan direksi Silicon Valley Bank
Penyebab Silicon Valley Bank Bangkrut
Berdasarkan rangkuman CNN Internasional, berikut penyebab Silicon Valley Bank bangkrut:
- Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve mulai menaikkan suku bunga setahun lalu untuk menjinakkan inflasi
- Biaya pinjaman yang lebih tinggi akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed melemahkan momentum saham teknologi yang selama ini menjadi keuntungan Silicon Valley Bank
- Suku bunga yang lebih tinggi juga mengikis nilai obligasi jangka panjang yang diambil oleh Silicon Valley Bank dan bank lain selama era suku bunga yang sangat rendah dan mendekati nol. Portofolio obligasi Silicon Valley Bank US$ 21 miliar menghasilkan rata-rata 1,79%, dan imbal hasil Treasury 10 tahun saat ini sekitar 3,9%.
- Pada saat yang sama, modal ventura mulai mengering. Ini memaksa para startup menarik dana yang dipegang oleh Silicon Valley Bank.
- Silicon Valley Bank tertekan kerugian akibat obligasi, sekaligus menghadapi penarikan dana
- Pada Rabu (8/3) waktu setempat atau Kamis (9/3) di Indonesia, Silicon Valley Bank mengumumkan telah menjual banyak sekuritas dengan kerugian, dan akan menjual US$ 2,25 miliar saham baru untuk menopang neraca. Ini memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama, yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank.
- Harga saham Silicon Valley Bank mulai anjlok pada Kamis pagi (9/3). Kondisi ini menyeret penurunan harga saham bank lain, karena investor mulai takut akan terulangnya krisis keuangan 2007-2008.
- Pada Jumat pagi (10/3), perdagangan saham Silicon Valley Bank dihentikan dan telah mengabaikan upaya untuk segera mengumpulkan modal atau mencari pembeli. Regulator California turun tangan, menutup bank dan menempatkannya dalam kurator di bawah Federal Deposit Insurance Corporation.