WeWork menyampaikan peringatan bahwa perusahaan kemungkinan bangkrut. Kejatuhan startup Amerika Serikat atau AS ini sempat disebut sebagai sinyal berakhirnya era perusahaan rintisan rajin bakar uang.

Bakar uang yang dimaksud yakni sering memberikan promosi dan diskon.

WeWork merupakan startup yang gencar ekspansi dan pada 2017 – 2018. Perusahaan rintisan ini menyediakan layanan ruang kerja bersama atau dikenal dengan coworking space.

Bisnis tersebut sempat tren di Indonesia sebelum pandemi corona.

Berdasarkan data analis di Bernstein, WeWork menghabiskan US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,8 triliun per kuartal untuk promosi atau 'bakar uang' selama 2017 – 2019. Startup Amerika ini mulai kehabisan uang dan melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK besar-besaran pada akhir 2019.

Pada September 2019, Ahli Strategi Ekuitas di Morgan Stanley Michael Wilson mengatakan bahwa kegagalan WeWork bisa menjadi sinyal berakhirnya ‘hari-hari modal tanpa batas untuk bisnis yang belum untung’ atau setopnya era ‘startup bakar uang’.

Hal itu ia sampaikan dalam nota tertanggal 29 September 2019 yang diberikan kepada kliennya. Ia pun mengingatkan beberapa kasus yang menimpa korporasi lain dalam 20 tahun terakhir.

Kemudian perusahaan di banyak negara menghadapi tantangan pandemi corona. Lalu dihantam kondisi makro ekonomi di tengah tingginya inflasi dan perang Rusia – Ukraina.

Kondisi tersebut membuat raksasa teknologi global melakukan PHK, termasuk di Indonesia.

Kini, WeWork mengumumkan perusahaan kemungkinan akan bangkrut. "Kami merugi, dan arus kas negatif dari aktivitas operasi menimbulkan keraguan besar tentang kemampuan kami untuk melanjutkan kelangsungan usaha," kata WeWork dalam laporan kepada Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika atau Securities and Exchange Commission (SEC) pada Selasa (8/8).

Pandemi corona dan kondisi makro ekonomi dunia membuat WeWork terlilit utang, ketika perusahaan berjuang menghasilkan laba.

Startup Amerika itu mencatatkan rugi bersih US$ 700 juta atau sekitar Rp 10,6 triliun selama semester I. WeWork juga merugi US$ 2,3 miliar selama tahun lalu.

Kas dan setara kas US$ 205 juta, sedangkan likuiditas US$ 680 juta. Sementara utang jangka panjang WeWork US$ 2,91 miliar.

“Jika kami tidak berhasil meningkatkan posisi likuiditas dan profitabilitas operasional, kami mungkin perlu mempertimbangkan semua alternatif strategis,” kata WeWork.

Alternatif strategis yang dimaksud termasuk:

  • Restrukturisasi atau pembiayaan kembali utang
  • Mencari tambahan utang atau modal ekuitas
  • Mengurangi atau menunda kegiatan bisnis dan inisiatif strategis
  • Menjual aset
  • Transaksi strategis lainnya dan/atau tindakan lain, termasuk memperoleh keringanan berdasarkan Kode Kebangkrutan AS

Saham WeWork diperdagangkan di bawah US$ 1 sejak pertengahan Maret. Harganya anjlok 26% menjadi 15 sen dalam perdagangan yang diperpanjang pada Selasa (8/8).

Kapitalisasi pasar WeWork pun di bawah US$ 500 juta. Padahal investor raksasa asal Jepang, SoftBank pernah menghargai startup ini US$ 40 miliar.

Imbas investasinya di WeWork, SoftBank mengalami kerugian besar. Pendiri sekaligus CEO SoftBank Masayoshi Son menyebut investasinya di WeWork sebagai kebodohan.

WeWork yang sempat mencatatkan saham perdana alias initial public offering (IPO) pada akhir 2019 namun gagal, menerbitkan prospektus pertama kali pada Agustus tahun itu.

Bisnisnya dikritik habis-habisan karena pengeluaran dan risiko yang berlebihan. Selain itu, investor mengkritik hubungan kompleks pendiri WeWork Adam Neumann.

WeWork akhirnya menjadi perusahaan publik melalui merger dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus atau SPAC pada 2021. Namun turbulensi terus berlanjut. WeWork mengatakan pendapatannya tumbuh hanya 3,6% dari tahun ke tahun pada kuartal kedua.

“Kondisi ekonomi menyebabkan lebih banyak pelanggan pergi, menurunkan pendapatan dan arus kas,” kata WeWork.

Tiga anggota dewan mengundurkan diri minggu lalu karena ketidaksepakatan material mengenai tata kelola dewan, arah strategis dan taktis perusahaan. Salah satu yang pergi yakni Daniel Hurwitz, yang baru menjabat pada Mei.

Pada Mei, WeWork mengumumkan CEO Sandeep Mathrani akan mengundurkan diri dalam beberapa hari. Anggota dewan David Tolley, mantan kepala keuangan di Intelsat, akan menjadi CEO sementara.