Riset UGM: Driver Ojol Kerja di 3 Aplikasi Sekaligus, Berdampak Stres

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Pengemudi ojek online menunggu calon penumpang di kawasan Blora, Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Penulis: Desy Setyowati
6/10/2023, 12.13 WIB

Banyak pengemudi ojek online atau ojol di Yogyakarta yang mendaftar di dua hingga tiga aplikasi sekaligus. Data ini berdasarkan penelitian mahasiswa Universitas Gadjah Mada alias UGM. 

Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Sosial Humaniora atau PKM RSH UGM membuat riset kondisi psikologis pengemudi ojek online atau ojol Daerah Istimewa Yogyakarta. Para responden terutama driver yang bergabung di lebih dari satu aplikasi berbagi tumpangan alias ride hailing.

Mahasiswa UGM itu membuat riset selama empat bulan. Judul penelitian mereka yakni ‘Studi Fenomenologi: Dinamika Motivasi dan Eksploitasi Pengemudi Ojek Online Multi-Platform dalam Mencapai Well-Being’.

Salah satu hasil dari penelitian tersebut menyebutkan pengemudi ojek online atau ojol bergabung di lebih dari satu aplikasi berbagi tumpangan karena alasan fleksibilitas kerja dan ingin meningkatkan pendapatan.

Anggota tim riset tersebut, Daffa Naufal Nurrahmad, menjelaskan, Tim PKM-RSH UGM menggunakan perspektif interdisipliner dalam penelitian tersebut. Studi ini berupaya menyelidiki fenomena pengemudi ojek online alias ojol melalui perspektif sosial-politik yang menyorot relasi antara pemerintah, perusahaan, driver, dan payung hukum yang berlaku.

Peneliti lain, Mutiara Ananda Putri, menambahkan dari perspektif psikologi, Tim PKM-RSH UGM berupaya mendalami dinamika motivasi dan eksploitasi pengemudi ojek online alias ojol yang bergabung pada lebih dari satu aplikasi.

Menurutnya, aspek well-being bisa menjadi indikator dalam menilai dinamika motivasi dan eksploitasi yang dialami pengemudi ojek online atau ojol.

“Kecenderungan yang kami temukan berdasarkan temuan data di lapangan, pengemudi ojek online atau ojol multi-platform merasa khawatir dan cemas ketika mendapatkan dua atau lebih order masuk pada waktu yang hampir bersamaan,” kata Mutiara dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (5/10).

Salma Nur Rahmasari menambahkan, para pengemudi ojek online atau ojol merasa tidak cukup jika hanya bergabung dengan satu aplikasi, terutama setelah era ‘bakar uang’ berakhir.

Menurut pengemudi ojek online atau ojol, bergabung dengan lebih dari satu aplikasi berbagi tumpangan bisa meningkatkan pendapatan. “Tuntutan ekonomi menjadi faktor utama,” katanya.

Selain itu, Doni dan Syahriza menjelaskan bahwa fleksibilitas kerja belum memberikan kesejahteraan bagi pengemudi ojek online alias ojol. Para driver juga mengeluhkan status kemitraan dan payung hukum yang dinilai memberikan celah eksploitasi dari perusahaan berbagi tumpangan.

"Oleh karena itu, perlu upaya mitigasi untuk mengatasi masalah payung hukum tersebut, serta dampak psikologis yang dialami oleh pengemudi ojek online atau ojol,” ujar Doni.

Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, sejumlah pengemudi ojek online alias ojol memang mendaftar di lebih dari satu aplikasi. Mereka juga seringkali mengaktifkan beberapa aplikasi sekaligus saat beroperasi.

Namun ada juga yang hanya mendaftar di satu aplikasi, karena merasa kewalahan jika mendapatkan order di banyak platform sekaligus.