Grab mencatatkan nilai transaksi bruto atau GMV US$ 20,98 miliar atau sekitar Rp 328 triliun sepanjang tahun lalu. Pesaing Gojek ini pun akhirnya mencatatkan untung US$ 11 juta pada kuartal IV 2023, meski masih merugi secara keseluruhan tahun.
Co-founder sekaligus CEO Grup Grab Anthony Tan menyampaikan, GMV mobilitas seperti taksi dan ojek online alias ojol melampaui level sebelum pandemi Covid-19. “Kami mencapai pertumbuhan top-line yang kuat,” kata dia dalam keterangan pers, akhir pekan lalu, (22/2).
“Pertumbuhan GMV layanan pengiriman juga kembali meningkat. Begitu juga dengan laba perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA yang disesuaikan tercatat positif,” Anthony menambahkan.
Secara keseluruhan, GMV Grab naik 9% secara tahunan alias year on year (yoy) menjadi US$ 5,44 miliar selama kuartal IV 2023. Rinciannya sebagai berikut:
- Pengiriman naik 13% menjadi US$ 2,65 miliar
- Mobilitas seperti taksi dan ojek online alias ojol naik 28% menjadi US$ 1,47 miliar
- Keuangan turun 14% menjadi US$ 1,26 miliar
- Inisiatif baru naik 40% menjadi US$ 64 juta
Transaksi pengguna per bulan alias monthly transacting user (MTU) naik 12% menjadi 37,7 juta. Sementara itu, GMV per MTU turun 3% menjadi US$ 144
GMV Grab sepanjang tahun naik 5% menjadi US$ 20,98 miliar. Dengan rincian sebagai berikut:
- Pengiriman naik 4% menjadi US$ 10,17 miliar
- Mobilitas seperti taksi dan ojek online alias ojol naik 32% menjadi US$ 5,42 miliar
- Keuangan turun 11% menjadi US$ 5,19 miliar
- Inisiatif baru naik 4% menjadi US$ 206 juta
MTU naik 8% menjadi 35,5 juta. Lalu, GMV per MTU turun 3% menjadi US$ 592.
Grab menjelaskan, perusahaan meningkatkan keterjangkauan layanan dan adopsi Saver sepanjang tahun lalu. Caranya, yakni menawarkan biaya pengiriman yang rendah jika waktu tunggu lebih lama.
Dari sisi layanan mobilitas, Grab berfokus menambah jumlah mitra pengemudi taksi dan ojek online alias ojol. “Ini memungkinkan kami menangkap peningkatan permintaan layanan,” kata Grab.