Banyak investor yang menahan pendanaan atau wait and see selama masa kampanye dan proses pemilihan umum. East Ventures sebagai salah satu investor startup di Indonesia menilai selama ini pemerintah mendukung untuk digitalisasi perusahaan teknologi atau startup.
Partner East Ventures Melisa Irene menyatakan, “Siapa pun pemimpinnya nanti, digitalisasi di Indonesia akan tetap didukung,” kata Melisa dalam acara East Ventures Open Book and Iftar with media di Jakarta, Rabu (20/3).
Selain investor dalam negeri, banyak startup Indonesia yang mendapatkan pendanaan dari luar negeri atau asing yang dikenal Foreign Direct Investment (FDI)
Menurut Melisa, investor asing masih perlu menunggu dan menganalisa kondisi negara Indonesia. "Kami harap kondisinya akan jauh lebih baik di 2024,” ujar dia.
Ia mengatakan aktivitas-aktivitas pendanaan startup sudah mulai pulih dan kembali aktif. “Mungkin lebih banyak menjelang pertengahan tahun, bagaimana pendanaan nantinya,” ia menambahkan.
Menurut laporan AC Ventures dan Bain and Company, investasi modal ventura Indonesia ke startup diperkirakan anjlok 70% - 80% selama setahun terakhir. Investor dinilai akan menunggu dan melihat kondisi Pemilu 2024.
“Pemilu 2024 mungkin membawa ketidakpastian dan berpotensi memperlambat investasi, karena para pemangku kepentingan menjadi lebih berhati-hati, serta memilih untuk menunggu dan melihat,” demikian isi laporan AC Ventures dan Bain and Company bertajuk ‘Indonesia Venture Capital Report 2023’.
Adapun, Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro menyampaikan, efek Pemilu 2024 dan kasus Covid-19 ke investasi startup akan tergantung pada mobilitas masyarakat Indonesia.
“Semestinya tidak ada dampak negatif, karena investasi ke startup bersifat jangka panjang,” kata Eddi kepada Katadata.co.id, Rabu (20/12).
Adapun, musim dingin atau funding winter startup di ASEAN diperkirakan berakhir pada 2024. Namun perusahaan rintisan tetap didorong untuk menunjukkan strategi meraup untung guna menggaet investor.
"Keyakinan saya, tahun depan, Anda akan melihat pelonggaran penyebaran dana di Asia Tenggara," kata Co-founder sekaligus Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (19/12).
Co-founder sekaligus Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara juga memperkirakan investasi modal ventura meningkat dalam enam bulan terakhir pada 2024. “Kami yakin akan meningkat terutama menjelang paruh kedua,” ujar dia.
Jussi memprediksi minat pendanaan ke startup tahun depan diwarnai oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan, modal yang terkumpul turun, serta jumlah mitra investasi semakin terbatas dan lebih selektif.
“Jadi perlu sedikit waktu untuk pulih," Jussi menambahkan.
Namun untuk menarik pendanaan di tengah iklim ekonomi saat ini, startup perlu menunjukkan kepada para investor bahwa mereka memiliki jalur yang jelas dan layak untuk mendapatkan keuntungan.
"Jika 2023 menjadi tahun pergantian gigi, maka 2024 akan menjadi tahun berbelok," kata Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan.
"Ini akan menjadi tikungan ketat, dengan tekanan dari geopolitik, suku bunga, pasar publik, lanskap kompetitif yang semakin matang yang berdampak pada monetisasi dan alokasi modal untuk perusahaan teknologi,” Tan menambahkan.
Sebelumnya, para startup cenderung memprioritaskan pertumbuhan bisnis daripada profitabilitas dengan cara ‘bakar uang’ alias promosi. Kini, dengan adanya hambatan ekonomi global yang memperlambat pertumbuhan, perusahaan rintisan terpaksa memperbaharui fokus ke profitabilitas dan lebih berhati-hati terhadap anggaran.