Kadin: Blockchain Tingkatkan Daya Saing Perusahaan Nasional di Global

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi. Kadin Indonesia menilai, adopsi blockchain bisa meningkatkan daya saing perusahaan nasional di kancah global.
29/7/2019, 14.25 WIB

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai, adopsi blockchain bisa meningkatkan daya saing perusahaan nasional di kancah global. Sebab, teknologi ini bisa mempercepat transaksi.

Blockchain dianggap sangat potensial  dimanfaatkan perusahaan di sektor finansial, terutama terkait pembaruan dalam sistem transaksi.

“Blockchain merupakan tren global yang akan berdampak besar kepada keberlangsungan bisnis ke depan," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani  dalam acara Global Blockchain Investment Summit (GBIS) di Jakarta, Senin (29/7).

Blockchain merupakan sistem pencatatan transaksi berbasis data yang tersebar luas di banyak komputer. Masing-masing komputer memiliki catatan yang identik, sehingga perubahan data sekecil apapun bisa ditelusuri. Teknologi ini mirip dengan distributed ledger technology.

(Baca: Chatib Basri Jadi Penasihat Startup Blockchain Pertanian HARA)

Rosan mengatakan, perusahaan yang memanfaatkan teknologi dan berinovasi di seluruh rantai nilainya akan mendapat posisi terbaik secara global. Salah satu teknologi yang menurutnya bisa meningkatkan daya saing perusahan, adalah blockchain.

Sepengetahuannya, perusahaan berskala besar dan sedang di dunia tengah mengembangkan blockchain. Hal itu dilakukan agar tetap berdaya saing secara global. Ia mengatakan, Indonesia termasuk yang terdepan dalam mengadopsi blockchain di Asia Tenggara saat ini.

Ia mencontohkan, Bank Indonesia (BI) sudah mempelajari blockchain. Hal itu kemudian diikuti oleh perbankan, seperti PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Mandiri, PT Bank Danamon, dan PT Bank Permata.

(Baca: Kadin Lirik Potensi Teknologi Blockchain Dalam Industri Perikanan)

Rosan optimistis, bockchain bisa meningkatkan kualitas layanan keuangan seperti remitansi. Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia berada di posisi ke-14 secara global dalam penerimaan remitansi dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI). "Peran perantara (intermediary) dihilangkan. Blockchain dipandang menghadirkan layanan transfer uang yang lebih efisien dan bebas biaya tambahan," katanya.

Ia mengakui, Indonesia terhitung relatif di tahap awal dalam pengembangan blockchain. "Tapi peluang yang tersedia sangat terbuka, walaupun masih ada sejumlah tantangan yang signifikan," katanya.

Adapun Kadin Indonesia bekerja sama dengan Blockchain Asia Forum (BAF) dalam menggelar Global Blockchain Investment Summit (GBIS) pada 29-30 Juli 2019 di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta. Ajang lni merupakan sarana pertukaran informasi dan pengalaman dari para stakeholder, serta pencocokan bisnis (business matching) di antara para pimpinan bisnis. Acara ini dihadiri oleh sekitar 1.500 peserta dan 500 tamu dari dalam negeri.

(Baca: Pencurian Bitcoin dari Sistem Blockchain Diklaim Butuh Rp 70 Triliun)

Reporter: Cindy Mutia Annur