Perjalanan Panjang Gojek Menjadi Decacorn

ANTARA FOTO/REUTERS/EDGAR SU
Komuter melewati iklan Gojek di Singapura, Senin (4/3/2019). Gojek disebut kini berstatus decacorn.
Penulis: Desy Setyowati
5/4/2019, 11.00 WIB

Lembaga riset CB Insights dalam laporan bertajuk The Global Unicorn Club menyebutkan, bahwa valuasi PT Karya Anak Bangsa atau Gojek sudah mencapai US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun. Artinya, penyedia layanan on-demand ini sudah menjadi decacorn atau startup bervaluasi lebih dari US$ 10 miliar.

Dalam laporannya, CB Insights menyebutkan bahwa total pendanaan Seri F-II yang diterima Gojek mencapai US$ 3,3 miliar per 5 Maret 2019. Pada pendanaan seri F, Gojek memperoleh tambahan modal US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun dari Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation dan Provident Capital pada awal 2019.

Pada pendanaan seri F-II, CB Insights hanya menyebutkan Astra Internasional sebagai investornya dengan nilai investasi US$ 100 miliar atau Rp 1,4 triliun. Sementara yang lainnya belum diketahui. Setelah pendanaan ini lah CB Insights menyebut bahwa valuasi Gojek sudah mencapai Rp 140 triliun.

(Baca: Gojek Cari Penasihat Keuangan untuk Galang Modal Baru Rp 28 Triliun)

Salah seorang sumber Blommberg pun menyampaikan, Gojek meminta salah satu bank investasi untuk membantu penggalangan dana seri F-II. "Gojek mencari investasi US$ 2 miliar, yang secara total bisa mencapai US$ 3 miliar dalam putaran pendanaan ini," sebagaimana dikutip dari Bloomberg, pada Februari lalu.

CEO Gojek Group Nadiem Makarim mengatakan, setelah putaran pendanaan Seri F ini, para pendiri Gojek akan tetap memiliki kontrol terhadap pengambilan keputusan dan penentuan arah kebijakan perusahaan. Dengan begitu, mereka dapat merealisasikan visi jangka panjang perusahaan, ekspansi dan pengembangan bisnis.

Catatan CB Insights, Gojek sempat mendapat modal dari perusahaan asal Kanada, Vanedge Capital. Lalu, Gojek memeroleh pendanaan tahap awal (seed funding) dari modal ventura asal Singapura, Openspace venture pada Juni 2015.

(Baca: Astra Tambah Modal Rp 1,4 T ke Gojek, Siapkan Ribuan Armada Go-Car)

Pada Agustus 2015, Gojek mendapat pendanaan seri A dari Sequoia Capital India dan Formation Group yang membuat valuasinya naik menjadi US$ 200-500 juta. Kemudian Gojek mendapat pendanaan seri B senilai US$ 550 juta dari KKR, Warburg, Ferrara dan Capital Group Private Market pada April 2016. Pada saat itu, valuasi Gojek sudah mencapai US$ 1,3 miliar atau menyandang status unicorn.

Pada 2017, Gojek buka putaran pendanaan seri C. Salah satu investor yang berpartisipasi adalah Tencent, dengan nilai investasi US$ 150 juta. Namun, secara total putaran pendanaan ini ditutup dengan nilai investasi yang diperkirakan sebesar US$ 1,2 miliar. Alhasil, valuasi Gojek diperkirakan mencapai US$ 2,5 miliar.

(Baca: Berbekal Transaksi Rp 125 T, Gojek Raih Tambahan Modal Google)

Gojek kemudian menggelar putaran pendanaan seri D pada Januari 2018. Gojek pun memperoleh tambahan modal US$ 1,5 miliar dari Astra International, BlackRock,  blibli.com, Google, JD.com, Kohlberg Kravis Roberts & Co., Meituan Dianping, Samsung Ventures, Temasek Holdings, Tencent Holdings, Via-ID, dan Warburg Pincus. Valuasi Gojek pun diperkirakan naik menjadi US$ 5 miliar.

Di tahun yang sama, Gojek kembali menggelar pendanaan seri E. CB Insights hanya menyebutkan Allianz sebagai investornya, dengan nilai investasi US$ 35 juta. Baru kemudian, Gojek membuka putaran pendanaan seri F pada awal 2019 dengan perolehan US$ 1 miliar. Yang terakhir, Gojek menggelar putaran pendaaan seri F-II.

Dengan demikian, prediksi Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara bakal ada decacorn dari Indonesia tahun ini semestinya terwujud. Di samping itu, Rudiantara memperkirakan Indonesia bakal memeroleh dua decacorn. "Setidaknya ada satu (decacorn). Tapi potensinya ada dua," katanya, pada Januari 2019 lalu.

(Baca: Rudiantara Prediksi Dua Decacorn Lahir Tahun Ini)

Reporter: Desy Setyowati