Langkah Seribu Menyelamatkan Pasar Tradisional

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Ilustrasi.
Penulis: Agustiyanti
4/2/2021, 07.00 WIB

Aestika memastikan, pihaknya akan terus mendorong para pedagang pasar tradisional untuk beradaptasi dengan kenormalan baru melalui transaksi perdagangan virtual. BRI juga tengah melakukan penyempurnaan tampilan muka website yang lebih baik bagi konsumen. 

Bersambung ke halaman berikut:  Saat Pasar Tradisional Masuk e-Commerce

Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia, dan Tokopedia juga tengah mendorong digitalisasi pasar tradisional. Percontohan dilakukan di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya dan Pasar Sabilulungan, Bandung. 

Direktur Sarana Distribusi dan Logistik Kemendag Frida Adiati menjelaskan, digitalisasi ini melibatkan koperasi sebagai pengelola. Proses edukasi yang dilakukan oleh Tokopedia juga tak membutuhkan waktu lama, hanya berkisar 2-3 bulan. "Digitalisasi Pasar Cikurubuk diinisiasi Tokopedia, saya rasa perkembangannya cukup bagus. Sedangkan yang Sabilulungan diinisiasi oleh kami dan baru akan dievaluasi," katanya. 

Ia pun berharap digitalisasi serupa dapat diterapkan di 10 kabupaten/kota. Namun, ini akan sangat bergantung pada kesiapan Pemda. "Yang kemarin sudah menyatakan tertarik dan siap berkomitmen, Cirebon dan Cilegon,' ujarnya. 

Frida memastikan akan memfasilitasi daerah yang ingin mendigitalisasi pasar tradisional tanpa memberikan perlakukan khusus bagi wilayah tertentu. Hanya saja, perlu komitmen yang tegas dan kuat dari daerah sebagai pengawas dari implementasi program tersebut. "Jangan sampai hanya semangat di awal saja, kemudian tidak berjalan," katanya. 

Ke depan, menurut dia, program edukasi sekolah pasar yang saat ini diselenggarakan Kementerian Perdagangan dapat diselipkan pengetahuan digital, terkait sistem pembayaran hingga penjualan online.  Program sekolah rakyat sebelumnya, mencakup penataan pasar, pengelolaan sampah, pembukaan sederhana, hingga cara mengaktivasi pasar.

External Communication Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menjelaskan, pihaknya aktif memberikan pendampingan kepada seluruh pengelola pasar tradisional dalam proses go digital, seperti meng-upload produk, menerima pesanan, dan melakukan pengiriman secara mandiri. 

Ketua Pedagang Pasar Tasikmalaya Ahmad Jahid mengatakan, pengelolaan pasar online Cikurubuk dilakukan oleh koperasi pasar. Selain di Tokopedia, pengelola pasar juga telah membuka toko di Shopee dan Bukalapak. 

Penjualan online diharapkan dapat membantu pendapatan pedagang yang anjlok hampir 50% akibat pandemi Covid-19. Namun, masih perlu upaya lebih. Dalam sehari, pihaknya saat ini rata-rata hanya menerima 5-10 pesanan  dengan nilai di atas Rp 100 ribu. 

"Pengikut kami jumlahnya ada 2.900 di Tokopedia, tapi masih di bawah 10% yang berbelanja.Ini memang perlu sosialisasi," katanya. 

Upaya digitalisasi pasar tradisional juga dilakukan oleh Shopee, Grab, dan Gojek. Direktur Shopee Indonesia Handhika Jahja menjelaskan telah mendigitalisasi puluhan pasar bersama PD Pasar Jaya. Pasar-pasar tersebut dapat diakses melalui platform Shopee. 

Tak hanya itu, menurut dia, Shopee memberikan bantuan modal hingga Rp 1 juta dalam bentuk voucher, kredit iklan 150 ribu, serta promo gratis ongkir xtra selama dua pekan. Pihaknya juga memberikan bantuan pendampingan kepada pedagang untuk membuat toko, mendaftarkan produk, hingga mengemasnya.

VP Corporate Communication Gojek Audrey P Petriny menjelaskan pihaknya memiliki program go-shop yang membantu para pembeli menjangkau pasar tradisional di Jabodetabek dan Yogyakarta. Pihaknya juga memberikan gratis ongkos kirim berupa cashback yang mendatangkan ribuan transaksi dalam jangka waktu beberapa bulan. "Go-shop telah membantu pedagang tradisional menaikkan transaksi 28% dan omzet 25%," katanya. 

Saat ini, pihaknya juga tengah mengkaji rencana untuk memberikan penyuluhan kepada para pedagang tradisional agar siap untuk melakukan proses digitalisasi dengan mempertimbangkan protokol kesehatan. 

Sementara itu, Juru Bicara Grab menyebut, pihaknya memberikan solusi layanan GrabAsisstant yakni pembelian produk oleh konsumen melalui mitra grab pada 7.000 titik pasar tradisional di 105 kota. Melalui layanan tersebut, pelanggan dapat meminta mitra pengemudi membeli produk dan membayarkan produknya terlebih dahulu senilai Rp 200 ribu untuk grabbike dan Rp 1 juta untuk Grabcar per transaksi. 

"Selama pandemi ini kami telah menyambut lebih dari 32 ribu pedagang tradisional," katanya. 

Layanan ini pun diklaim Grab mendatangkan kenaikan omzet bagi pedagang. Pemilik Toko Sembako Yenny, Jessyca yang menyediakan kebutuhan sehari-hari mengalami kenaikan transaksi hingga 3 kali lipat melalui layanan GrabAssistant. Layanan ini sendiri mencatatkan kenaikan 2,5 kali dalam sebulan terakhir. 

Pemulihan Ekonomi Daerah Melalui Modernisasi Pengelolaan Pasar Tradisional (Katadata)

Berbagai langkah digitalisasi yang dilakukan berbagai pihak saat ini belum mampu mengembalikan omzet pedagang yang anjlok. 

Ketua Bidang Infokom Ikatan Pedagang Pasar Indonesia Reynaldi  menjelaskan rata-rata omzet pedagang pasar saat ini turun 60% dibandingkan sebelum pandemi. Meski demikian, digitalisasi pasar dapat menjadi salah satu solusi agar pasar tradisional tak makin tertinggal. 

"Tapi banyak pekerjaan rumahnya. Mbok-mbok yang jual sayur perlu diedukasi, mereka punya hp yang serba tanggung, itu bagaimana. Harus ada pendekatan dan pendampingan yang aktif," katanya. 

Selain itu, menurut dia, pemerintah harus memberikan bantuan fisik dan nonfisik agar para pedagang dapat bertahan di masa pandemi. “Bisa dalam bansos yang sudah berjalan atau bantuan-bantuan lainnya,” katanya. 

Halaman: