Transformasi Digital Indonesia Terakselerasi Di Tengah Pandemi

Katadata
Penulis: Tim Publikasi Katadata - Tim Publikasi Katadata
Editor: Doddy Rosadi
15/3/2021, 11.44 WIB

JAKARTA, 15 Maret 2021 — East Ventures, perusahaan venture capital yang memelopori investasi startup digital di Indonesia, dan Katadata Insight Centre hari ini meluncurkan East Ventures Digital Competitiveness Index 2021.

Dengan tema “Momentum Akselerasi Transformasi Ekonomi Digital”, EV-DCI 2021 tidak hanya menyajikan data tetapi juga memaparkan perspektif dari berbagai tokoh, seperti para pengambil kebijakan di pemerintah, regulator, pemimpin korporasi raksasa, hingga para founder startup.

Hasil studi East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2021 menunjukkan bahwa daya saing digital antarprovinsi di Indonesia makin merata. Pemerataan tersebut tampak dari kenaikan skor median indeks daya saya saing digital (EV-DCI) dari 27,9 pada 2020 menjadi 32,1 pada 2021.

Berdasarkan temuan dari perhitungan indeks EV-DCI, ada dua faktor utama yang mendorong perkembangan dan pemerataan daya saing digital di Indonesia di tengah pandemi.

Pertama, pembangunan infrastruktur yang makin merata. Infrastruktur merupakan pilar EV-DCI dengan kenaikan skor tertinggi, yakni 7,5 poin menjadi 54,3 pada 2021. Sejumlah indikator yang menopang kenaikan skor ini adalah rasio desa yang mendapatkan sinyal 3G dan 4G, rasio rumah tangga yang memiliki sambungan telepon tetap, serta tingkat gangguan listrik.

Kedua, peningkatan pengeluaran untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia di seluruh provinsi makin banyak menggunakan layanan dan transaksi berbasis digital. Pilar pengeluaran TIK dalam indeks EV-DCI naik 6,3 poin. Sejumlah indikator yang menopang kenaikan skor ini adalah peningkatan rasio rumah tangga yang memiliki pengeluaran untuk TIK, pengeluaran rata-rata rumah tangga untuk TIK, serta balas jasa dan upah pekerja di sektor TIK.

Perkembangan signifikan pada kedua pilar EV-DCI tersebut melengkapi kekuatan daya saing Indonesia dalam hal penggunaan TIK. Meskipun hanya naik 2,7 poin pada 2021, penggunaan TIK di Indonesia adalah pilar EV-DCI dengan daya saing paling tinggi dan memiliki skor yang paling merata dibandingkan dengan pilar lain.

“Adanya pandemi sedikit mengerem pertumbuhan pesat ekonomi digital Indonesia. Namun, pandemi juga membantu mengakselerasi adopsi layanan digital di Indonesia. Seperti ketapel yang ditarik ke belakang, ekonomi digital Indonesia bakal melesat menuju era keemasan setelah setelah pandemi bisa teratasi,” kata Willson Cuaca, Co-Founder & Managing Partner East Ventures.

Di tengah pandemi, terjadi lompatan adopsi layanan digital di beberapa vertikal di industri teknologi. Sekitar 2,5 juta merchant bergabung di platform marketplace Tokopedia sepanjang pandemi dibandingkan dengan 7 juta merchant yang bergabung selama 10 tahun sebelumnya. Ruangguru kini digunakan oleh lebih dari 22 juta pelajar. Salah satu produk Ruangguru, kelas online gratis yang disediakan oleh startup tersebut selama pandemi, telah membantu sekitar 10 juta siswa dari seluruh Indonesia.

Setelah terpukul pada awal pandemi, Traveloka bisa bangkit dengan cepat dengan berfokus mempromosikan destinasi turis domestik untuk mendukung industri hotel dan pariwisata lokal. Warung Pintar juga terus berekspansi untuk mendukung pemilik warung dan telah bermitra dengan 230.000 peritel di 65 kota. Platform logistik Waresix, yang kini mencakup 40.000 truk dan 375 gudang di sekitar 200 kota di seluruh Indonesia, membantu brand untuk mendistribusikan produk dengan efisien meskipun berhadapan dengan keterbatasan selama pandemi.

Pilar penyusun EV-DCI lainnya juga mengalami kenaikan skor. Pilar sumber daya manusia (SDM), perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, keuangan, serta regulasi dan kapasitas Pemda naik di kisaran 3-5 poin. Adapun pilar ketenagakerjaan naik 0,8 poin.

Pemerataan daya saing digital Indonesia adalah hasil kerja gotong royong pemerintah, korporasi, dan startup.

“Presiden Joko Widodo telah mendorong agar segala macam hambatan yang muncul akibat pandemi Covid-19 justru dimanfaatkan sebagai momentum dalam mempercepat transformasi digital. Teknologi adalah kunci untuk terpenting agar Indonesia lebih efisien dan produktif,” kata Willson. “Hampir semua provinsi mengalami kenaikan skor infrastruktur. Ini sejalan dengan upaya pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur digital. Kami berharap agar seluruh masyarakat Indonesia di 34 provinsi ikut menikmati era keemasan ekonomi digital Indonesia,” lanjutnya.

Dalam wawancara khusus dengan tim EV-DCI 2021, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen pemerintah untuk mendorong transformasi digital di Indonesia.

Menkeu Sri Mulyani menyatakan bahwa pemerintah telah mengalokasikan dana APBN untuk mendorong percepatan transformasi digital. “Kami memprioritaskan APBN untuk membiayai pembangunan infrastruktur digital, membiayai internet yang terjangkau, serta untuk meningkatkan skill SDM,” kata Menkeu.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa infrastruktur merupakan tulang punggung transformasi digital. “Kami mendorong pembangunan fiber optic di wilayah Barat sampai Timur Indonesia. Kemudian, konektivitas dari satelit multifungsi atau satelit Satria diperluas sampai ke daerah Timur,” kata Airlangga.

Menko Marvest Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa pemerintah juga mendorong percepatan transformasi digital untuk UMKM “Kita harus mendidik para pelaku UMKM tersebut untuk bisa menggunakan platform digital, mempunyai pengetahuan tentang cara packaging, promosi dan meningkatkan kualitas produk. Hasilnya, mereka yang telah beralih ke digital bisa merasakan manfaatnya,” kata Luhut.

Menparekraf Sandiaga Uno mengatakan bahwa harus ada penggunaan platform dan teknologi digital dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif. “Cara berwisata dan belanja produk kreatif lokal mungkin menggunakan platform digital dan technology driven sehingga digital lifestyle ini diharapkan dapat mendorong sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ke arah yang lebih sustainable,” kata Sandiaga.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia telah menarik investasi raksasa teknologi dunia. “Indonesia telah menarik minat investasi pemain raksasa global di sektor teknologi, seperti Amazon Web Services, Google Cloud, dan Microsoft. Ini membuktikan Indonesia menjadi pilihan bagi investor untuk menempatkan investasi strategisnya,” kata Bahlil.

SEJUMLAH PROVINSI NAIK PERINGKAT

Dari hasil pemetaan EV-DCI 2021, untuk level provinsi di Indonesia, terlihat bahwa provinsi DKI Jakarta memimpin daya saing digital dengan skor EV-DCI 77,6. Kemudian diikuti Jawa Barat dengan skor 57,1, dan Jawa Timur dengan skor 48,0. Sementara itu, provinsi Papua berada di urutan terbawah dengan skor 22,0. Bali dan Kepulauan Riau menjadi provinsi yang mencatatkan peningkatan skor secara signifikan, bahkan menembus dominasi provinsi-provinsi dari Jawa. Bali berada di peringkat keempat dengan skor 47,7 (naik dari peringkat ketujuh dengan skor 40,6 pada tahun lalu). Sedangkan Kepulauan Riau naik ke peringkat ketujuh dengan peningkatan skor dari 35,9 menjadi 43,0 pada tahun ini. Pada kedua provinsi, semakin banyak penduduk yang bergantung pada internet dalam pekerjaan atau menjalankan usahanya. Selain itu, peningkatan skor Bali tidak lepas dari faktor infrastruktur digital di provinsi tersebut yang memiliki skor terbaik kedua setelah DKI Jakarta (82,42). Tingginya skor Infrastruktur ini didukung oleh sejumlah indikator penyusunnya, seperti rasio desa yang sudah mendapatkan sinyal 3G dan 4G. Naiknya peringkat dan skor ekonomi digital di daerah tersebut tidak terlepas dari faktor geografis. Faktor jarak dekat dengan Singapura membuat Kepulauan Riau, khususnya Batam menjadi salah satu tujuan investasi dari Singapura, termasuk investasi di sektor ekonomi digital. Salah satunya adalah Nongsa Digital Park, yang kini telah diisi oleh sekitar 150 perusahaan dan 1.000 pengembang teknologi dan pelaku industri kreatif.