YouTube resmi meluncurkan fitur video pendek Shorts di Amerika Serikat (AS). Pengguna bisa membuat video berdurasi 60 detik atau kurang, mirip seperti platform asal Tiongkok, TikTok.
Anak usaha Google itu sebenarnya sudah meluncurkan Shorts versi beta di Negeri Paman Sam. Tampilannya sudah tersedia di YouTube, namun pengguna belum bisa membuat video.
Kini, pengguna bisa membuat konten. Selain itu, dapat mengedit dengan memasukkan efek atau musik.
Di AS, YouTube bekerja sama dengan Universal Music Group, Sony Music Entertainment, Warner Music Group dan Warner Chappell Music, Believe, Merlin, 300 Entertainment, Kobalt, Pengemis, CD Baby, Empire, Peer, Reservoir, OneRPM, dan lainnya untuk ketersediaan musik.
Secara global, YouTube bermitra dengan lebih dari 250 penerbit dan label musik untuk digunakan di Shorts.
Pengguna juga bisa mengatur kecepatan video dan audio, menggunakan alat penghitung waktu mundur, mengatur teks untuk layar hingga filter penyesuaian warna.
“Kami benar-benar ingin menciptakan arena kreativitas di sini. Kami memberikan ‘bahan mentah’ kepada pembuat konten untuk membuat video hebat,” kata Product Lead untuk Shorts di YouTube Todd Sherman dikutip dari The Verge, Kamis (18/3).
Ia menilai, fitur video pendek potensial saat ini. "Video berdurasi pendek terasa seperti perkembangan alami untuk YouTube. Sangat penting bagi kami membangun ini," katanya.
YouTube pertama kali meluncurkan Shorts di India pada September 2020. Sejak saat itu, video di YouTube Shorts melampaui 6,5 miliar penayangan setiap hari.
Perkembangan Shorts di Negeri Bollywood didukung oleh kebijakan pemerintah India yang memblokir TikTok. Platform asal Tiongkok ini dianggap membahayakan keamanan data pribadi masyarakat.
Selain YouTube, Instagram membuat fitur video pendek Reels. Pada tahun lalu, anak usaha Facebook itu meluncurkan Reels di lebih dari 50 negara, termasuk AS, Inggris, Jepang, dan Australia.
Mereka pun mengubah algoritme di aplikasi agar konten dengan logo TikTok tidak muncul di tab Reels.
Product Director Instagram Robby Stein mengatakan bahwa TikTok pionir dalam hal video pendek. Namun, ia mengklaim bahwa Reels berbeda dengan aplikasi besutan ByteDance itu.
"Pada akhirnya, tidak ada dua produk yang persis sama. Kami juga tidak (sama seperti TikTok)," ujar Stein dikutip dari TheVerge, tahun lalu (5/8/2020).
Namun, berdasarkan laporan We Are Social bertajuk ‘Digital 2020: October Global Statshot Report’, pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) TikTok mencapai 689 juta. Sedangkan di Tiongkok, dengan nama Douyin, jumlahnya 600 juta.
Gabungan TikTok dan Douyin mencapai 1,29 miliar. Jumlahnya melebihi Instagram yang memiliki sekitar 1,1 miliar pengguna aktif bulanan, tetapi belum mengalahkan YouTube sebesar 2 miliar.