Perusahaan teknologi asal Tiongkok, Huawei dan produsen kendaraan, Chongqing Xiaokang mulai menjual mobil listrik pertama bermerek Cyrus SF5. Mobil ini dibanderol 216.800 - 246.800 yuan atau US$ 27.771 - US$ 31.614 (Rp 398 juta – Rp 453 juta).

“Menurut laporan terbaru, Huawei akan menjual mobil di experience store untuk pertama kalinya,” demikian dikutip dari Gizchina, akhir pekan lalu (23/5).

Cyrus SF5 pertama kali diperkenalkan dalam gelaran Shanghai Auto Show 2021 pada 19 April. Kemudian Huawei memasarkan produk hasil kolaborasi itu di Huawei Mall.

Sepekan pemasaran, sudah ada 6.000 pesanan untuk Cyrus SF5. 

Panjang dimensi Cyrus SF5 4.700 mm, lebar 1.930 mm, dan tinggi 1.625 mm. Mobil hybrid ini dibekali jarak sumbu roda 2.875 mm.

Cyrus SF5 juga mempunyai tenaga puncak 405kW, torsi maksimum 820Nm, dan akselerasi 4,68 detik per 100 kilometer.

Huawei dan Chongqing Xiaokang bekerja sama sejak awal 2019. Huawei menjadi perusahaan pemasok komponen utama seperti motor, Hicar, kokpit pintar, dan lainnya bagi produsen mobil.

Produsen ponsel pintar (smartphone) itu juga sempat megatakan, perusahaan tidak akan merancang kendaraan listrik secara utuh. Huawei hanya berencana mengembangkan teknologi yang mendukung pengembangan mobil digital.

"Huawei bukanlah produsen mobil. Namun melalui teknologi informasi dan komunikasi, kami bertujuan menjadi penyedia komponen yang berorientasi pada mobil digital dan baru. Ini memungkinkan produsen mobil membuat kendaraan yang lebih baik," ujar juru bicara Huawei, Februari lalu (27/2).

Selain dengan Chongqing, Huawei sempat dikabarka sedang berdiskusi dengan produsen lain seperti BluePark New Energy Technology dari BAIC Group untuk memproduksi kendaraan listrik.

Sebelumnya, Huawei menginvestasikan US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,6 triliun untuk mengembangkan mobil listrik. "Kami akan menginvestasikan lebih dari US$ 1 miliar dalam pengembangan komponen mobil tahun ini," kata Rotating Chairman Huawei Eric Xu dikutip dari Bloomberg, April lalu (12/4).

Xu mengatakan, perusahaan mengembangkan kendaraan terbarukan karena potensinya besar. Berdasarkan data Canalys, penjualan mobil listrik di Tiongkok diperkirakan naik lebih dari 50% tahun ini. Sebab, konsumen lebih memilih mobil ramah lingkungan.

Pemerintah Tiongkok pun menambahkan 30 juta mobil setiap tahun. "Ini sudah menjadi bisnis yang sangat besar bagi Huawei," kata Xu.

Selain kendaraan listrik, Huawei dikabarkan merambah bisnis peternakan babi, teknologi komputasi awan (cloud), dan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Perluasan bisnis itu dilakukan Huawei di tengah merosotnya penjualan ponsel imbas sanksi Amerika Serikat (AS) dan pandemi corona. 

Berdasarkan data dari Canalys, Huawei terlempar dari posisi lima besar pangsa pasar ponsel global. Perusahaan hanya mengirimkan 18,6 juta unit pada kuartal pertama tahun ini.

Padahal, perusahaan sempat menempati pangsa pasar terbesar kedua pada kuartal III tahun lalu karena mengirim 51,7 juta ponsel, dengan 14,9% pangsa pasar.

Januari lalu, lembaga riset TrendForce memperkirakan bahwa pangsa pasar Huawei menjadi ketujuh pada tahun ini karena sanksi AS. Ini artinya raksasa teknologi Tiongkok itu diprediksi kalah dari Samsung, Apple, Xiaomi, OPPO, Vivo, dan Realme.

“Keenam produsen ponsel itu diramal menguasai 80% pangsa pasar secara global pada 2021,” demikian isi laporan TrendForce dikutip dari South China Morning Post (SCMP), pada Januari (5/1).

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan