Ekonom CORE: Tuntutan Zaman, Semua Bank akan Jadi Bank Digital

Katadata
Penulis: Doddy Rosadi - Tim Publikasi Katadata
28/10/2021, 15.19 WIB

Perkembangan industri digital membuat perbankan harus segera melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan zaman. Kehadiran bank digital merupakan bentuk persaingan baru perbankan di era digital.

Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, hanya bank yang visioner yang akan jadi pemenang dalam persaingan di era digital. Kata dia, tidak ada jaminan bank yang sudah besar yang akan menjadi pemenang.

“Karena tuntutan zaman, pada akhirnya semua bank akan jadi bank digital. Ini dimulai dengan munculnya persaingan baru di era digital dengan adanya bank digital. Kalau bank besar tidak segera lakukan perubahan dan mengantisipasi persaingan baru maka akan tergusur,” kata Piter dalam acara Focus Group Discussion dengan tema “Apps Integration for Digital Life Finance Solution” yang digelar Bank Jago di Bali, Kamis (28/10/2021).

Piter menambahkan, faktor keunggulan persaingan bank sebelum era digital adalah transaksi perbankan dan program pemerintah. Pada masa ini, bank dengan jumlah kantor cabang yang banyak dan punya mesin ATM yang banyak akan jadi pemenang. Namun, di era digital, faktor keunggulan persaingan perbankan adalah ekosistem digital.

Bank digital adalah bank yang memfasilitasi seluruh fungsi bank dalam layanan platform digital. Bank Digital memiliki seluruh fungsi dari head office, branch office, online service, bank cards, ATM and point of sale machines.

Ketentuan mengenai bank digital diatur dalam POJK No. 12 tahun 2021, Pasal 23 sampai dengan Pasal 31. OJK mendefinisikan bank digital sebagai Bank Berbadan Hukum Indonesia (BHI) yang menyediakan dan menjalankan kegiatan usaha yang utamanya melalui saluran elektronik tanpa kantor fisik selain kantor pusat (KP), atau dapat menggunakan kantor fisik yang terbatas.

Advisor Pengembangan Produk Pasar Modal Bursa Efek Indonesia, Poltak Hotradero mengatakan, bank digital mampu menekan biaya operasional perbankan.

Berdasarkan riset yang dilakukan pada 2001, biaya yang diperlukan untuk transaksi perbankan di kantor cabang sekitar 1 dolar Amerika. Namun, transaksi perbankan melalui internet hanya memerlukan biaya sekitar 1 sen.

“Memang risetnya sudah dilakukan 20 tahun lalu tapi saya piker hasilnya tidak akan berbeda bahkan mungkin bias jadi biaya untuk transaksi perbankan lewat internet bisa lebih murah lagi. Jadi bayangkan saja, transaksi perbankan lewat internet jauh lebih murah 100 kali dibandingkan dengan transaksi di bank secara langsung,” kata Poltak.

Sebuah studi yang dilakukan Citi Research menyebut, perbankan adalah institusi yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk teknologi informasi yaitu 8,7 persen. Posisi kedua adalah perusahaan high tech dengan 5,2 persen. Namun, perbankan justru sudah tertinggal jauh untuk urusan teknologi informasi dibandingkan perusahaan high tech.

“Coba kita lihat, saat ini GoJek jauh lebih tahu saya tinggal di mana dan makanan apa yang sering saya pesan. Begitu juga Traveloka, tahu lokasi wisata mana yang sering saya kunjungi. Nah bagaimana dengan perbankan? Bank tidak bisa mengetahui apakah nasabah yang membuka rekening 5-10 tahun lalu masih tinggal di tempat yang sama. Mereka hanya tahu aktivitas perbankan nasabah,” jelas Poltak.

Karena itu, kata Poltak, digitalisasi adalah keniscayaan kompetitif bagi perbankan Indonesia. Dia memberi contoh, saat ini perbankan lebih memilih perusahaan besar dalam mengucurkan kredit. Namun, dengan data yang dihimpun oleh perusahaan rintisan seperti Gojek atau Grab, bank bisa tahu rumah makan dengan omzet besar di tiap-tiap daerah.

“Dengan adanya data dari Gofood atau Grabfood, bank bisa menyalurkan kredit tidak hanya ke perusahaan besar tetapi juga ke rumah makan yang mempunyai omzet besar dan juga ke supplier dari rumah makan tersebut,” ungkap Poltak.

Menurut Poltak, platform digital lebih memudahkan sinergi dengan layanan keuangan digital lainnya – semisal produk investasi pasar modal dan asuransi. Karena, kedua layanan ini sangat intensif menggunakan data.