Free Fire Dilarang, Sea Group Tutup Bisnis Shopee di India

shopee
Ilustrasi platform Shopee
29/3/2022, 09.54 WIB

Sea Group menutup lini bisnis e-commerce, Shopee di India beberapa bulan setelah gencar merekrut penjual (seller) lokal. Penutupan itu juga terjadi seiring dengan pelarangan game besutan Sea Group, Free Fire bulan lalu. 

Sea Group menjelaskan bahwa keputusan penutupan Shopee di India tidak terkait dengan larangan Free Fire. Sea Group bersikeras dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menutup lini bisnis e-commerce di pasar Asia Selatan karena ketidakpastian pasar global.

“Mengingat ketidakpastian pasar global, kami telah memutuskan untuk menutup Shopee India," ujar juru bicara Sea Group dikutip dari TechCrunch, Senin (28/3).

Shopee hadir di India pada September tahun lalu. TechCrunch melaporkan bahwa Shopee diam-diam meluncurkan situs web untuk penjual di India.  

Shopee juga gencar merekrut penjual dan menawarkan mereka fasilitas yang menggiurkan, seperti pengiriman gratis serta komisi nol.

Peluncuran Shopee di India tahun lalu sempat menuai kecaman dari para peritel lokal. Konfederasi pedagang seluruh India (CAIT) telah menghubungi Perdana Menteri India, Narendra Modi dan memperingatkannya bahwa kedatangan pemain asing seperti Shopee merupakan bentuk perdagangan yang tidak adil. CAIT juga menganggap, masuknya Shopee akan merusak ekosistem lokal.

Sedangkan, bulan lalu Kementerian Dalam Negeri India telah melarang ratusan aplikasi, salah satunya Free Fire. Game populer bergenre battle royale itu merupakan game besutan anak usaha Sea, Garena. 

Dikutip dari Indian Express, pelarangan aplikasi ini mengacu Pasal 69A Undang-Undang Teknologi Informasi yang menyatakan bahwa pemerintah memiliki kekuasaan untuk mengeluarkan arahan intersepsi, pemantauan, atau dekripsi informasi melalui sumber daya komputer apa pun.   

"Hal tersebut biasanya dilakukan ketika pemerintah menganggap aplikasi telah mengganggu kepentingan kedaulatan, integritas, pertahanan, keamanan, hubungan persahabatan dengan negara asing, ketertiban umum, atau melakukan pelanggaran," demikian dikutip dari Indian Express pada Senin (14/2).  

Akibat pelarangan itu, Sea Group sempat kehilangan kapitalisasi pasar harian lebih dari US$ 16 miliar atau Rp 228 triliun. Investor menjadi semakin khawatir dengan kondisi pemblokiran Free Fire di India. 

Menurut investor, pemblokiran Free Fire mungkin saja menjadi awal dari masalah perusahaan. Investor juga khawatir bahwa India berpotensi melarang unit bisnis lainnya, tanpa terkecuali Shopee. 

“Dengan pemblokiran Free Fire, ada risiko bahwa pihak berwenang juga akan menyasar Shopee. Sea bisa kehilangan keuntungan itu untuk pertumbuhan," kata pendiri CrossASEAN Research Angus Mackintosh dikutip dari Bloomberg, bulan lalu (15/2).

Selain India, Shopee gencar berekspansi ke pasar-pasar baru. Tahun lalu, Shopee dikabarkan ekspansi ke Polandia, Eropa. E-commerce asal Singapura ini sebelumnya juga telah hadir di Meksiko hingga Brasil.

Ekspansi pesat membuat Shopee menjadi aplikasi e-commerce yang paling banyak diunduh masyarakat global pada 2021, menurut riset AppTopia. Perusahaan yang berkantor pusat di Singapura itu telah mengalahkan Amazon yang sebelumnya berada di puncak. 

AppTopia mencatat, jumlah unduhan aplikasi Shopee mencapai 203 juta pada 2021. Shein, yang berbasis di China berada di posisi kedua dengan 190 juta unduhan.

Kemudian, Meesho, yang berkantor pusat di India berada di urutan ketiga dengan jumlah unduhan sebanyak 153 juta. Sementara, Amazon, yang disebut sebagai raksasa teknologi lokapasar ini telah tergeser di peringkat keempat dengan mencatatkan 148 juta unduhan.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan