Adopsi internet generasi kelima atau 5G dianggap akan lebih cepat dibandingkan internet generasi keempat atau 4G. Telkomsel menyebut bahwa adopsi 5G secara masif bisa terlaksana dalam kurun waktu tiga tahun sejak peluncuran.
VP Network Architecture and Design Telkomsel Marfani Hasan mengatakan mengatakan, adopsi masif 5G bisa lebih cepat karena penyelenggara telekomunikasi sudah belajar dari pengalaman 4G.
"Masa kematangan waktu 4G mencapai empat hingga lima tahun, adopsi masif 5G bisa dengan hanya tiga hingga empat tahun," kata Marfani dalam webinar Qualcomm dan Katadata bertajuk 5G Private Network sebagai Game Changer bagi Kota Industri, Selasa (7/6).
Berkaca pada gelaran 4G, penyelenggara telekomunikasi seperti Telkomsel pun menyiapkan sejumlah langkah-langkah mempercepat adopsi 5G. Telkomsel misalnya mendorong adopsi di pengguna tingkat akhir atau end user.
Telkomsel juga mendorong ketersediaan spektrum dan kapabilitas di tingkat lokal. "Langkah ini mirip dengan 4G, tapi kami pikirkan juga efisiensi teknologi," ujar Marfani.
Selain itu, pengembangan 5G akan lebih cepat karena pasar telekomunikasi sudah semakin terbentuk. "Kompetisi di pasar sudah lebih baik," kata dia.
Telkomsel merupakan perusahaan telekomunikasi pertama yang menggelar jaringan 5G di Indonesia. Telkomsel telah menerima Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) teknologi 5G dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Mei tahun lalu.
Kementerian Kominfo menargetkan jaringan 5G merata di Indonesia pada 2024 sampai 2025. Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ismail, mengatakan target itu berkaca pada implementasi 4G.
"Adopsi 5G tentu kami harapkan akan bisa lebih cepat dari 4G. Sejak diimplementasikan 2021, kami harapkan 2024 sampai 2025 sudah bisa meluas dan merata seperti halnya kondisi 4G," kata Ismail dalam Webinar Road to Indonesia 5G Security Readiness, kemarin (7/2).
Untuk itu, kementerian gencar menata ulang (refarming) spektrum frekuensi. Tahun lalu misalnya, Kominfo melakukan refarming spektrum pita frekuensi 2,3 GHz.
Penataan ulang spektrum ini agar layanan 5G yang sudah digelar beberapa operator seluler Tanah Air menjadi lebih baik. Langkah ini memungkinkan kualitas layanan 5G menjadi lebih baik, dan pemanfaatan 4G juga akan semakin optimal.
Refarming mesti dilakukan sebab ketersediaan spektrum frekuensi menjadi salah satu persoalan dalam pengembangan teknologi 5G di Indonesia.
Dari sisi frekuensi, 5G membutuhkan semua jenis lapisan frekuensi dari yang rendah atau 700 Mhz, tengah 2,6 Ghz dan tinggi 3,5 Ghz.
Spektrum 700 Mhz untuk memperluas cakupan 5G. Sedangkan 2,6 Ghz untuk meningkatkan kapasitas internet. Lalu 3,5 Ghz untuk mengurangi latensi atau keterlambatan pengiriman data antarperangkat.