Membaca buku yang dapat digenggam secara fisik dirasa masyarakat lebih menarik, namun perubahan zaman membuat budaya membaca turut berubah ke e-book. Hal ini menjadi perhatian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas).
Lembaga yang genap berusia 42 tahun saat perayaan Hari Buku Nasional Selasa (17/5) lalu akan fokus kepada penguatan ekosistem digital dalam mengelola perpustakaan.
Transformasi perpustakaan yang akrab dengan dunia digital dan teknologi dinilai relevan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, pengelola perpustakaan harus beradaptasi pada perubahan zaman yang begitu cepat. Untuk itu, ekosistem layanan perpustakaan yang kompleks harus lekat dengan teknologi.
“Perpustakaan sebagai sarana untuk penyediaan sumber belajar sepanjang hayat dan berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dituntut memiliki pembangunan kapasitas, rancangan dan interaktivitas, serta perubahan pola pikir,” ujar Syarif dalam keterangan tertulis.
Transformasi perpustakaan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi untuk mendukung aktivitas penyimpanan dan penyebarluasan informasi. Salah satu fasilitas yang telah dikembangkan dalam rangka transformasi digital tersebut adalah iPusnas. Aplikasi perpustakaan digital itu berisi koleksi-koleksi e-book yang dapat dipinjam secara gratis.
Tak mau kalah, Agustus 2021 lalu, Kementerian Kominfo juga meluncurkan aplikasi perpustakaan digital bernama Ruang Buku Kominfo. Sekretaris Jenderal Kementerian Kominfo Mira Tayyiba menyebutnya sebagai inovasi yang progresif dan futuristik dalam jagad literasi.
Menurutnya, aktivitas literasi di era digital tidak selalu harus paralel dengan tas besar berisikan buku-buku bacaan, rak-rak besar yang dipenuhi buku-buku, maupun kebiasaan menenteng buku ke mana-mana.
“Dengan perpustakaan digital, orang tidak perlu antre di toko buku untuk membeli buku, orang tidak perlu memenuhi lorong-lorong perpustakaan untuk membaca buku,” tutur Mira. Ia berharap aplikasi Ruang Buku Kominfo yang menyediakan beragam judul e-book bisa dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat.
E-book Semakin Digemari
E-book tidak hanya diminati untuk dipinjam. Survei Indikator Politik Indonesia tahun 2022 menunjukkan, e-book juga menjadi pilihan ketika masyarakat berbelanja daring.
Di luar itu, secara umum buku yang paling sering dibaca oleh masyarakat Indonesia adalah kitab suci. Hal itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018.
Sementara itu, sejak 2016 - 2020, minat baca masyarakat Indonesia terus meningkat. Hal itu terlihat dari data Perpusnas berikut ini.
Warga Yogyakarta memiliki minat baca yang paling tinggi. Berdasarkan data BPS tahun lalu, tingkat kegemaran membaca masyarakat di DI Yogyakarta berada pada level 70,55. Masyarakat DI Yogyakarta membaca lebih dari enam kali dalam sepekan, dengan durasi membaca rata-rata 1 jam 46 menit per hari. Jumlah buku yang dibaca rata-rata lima hingga enam buku setiap tiga bulannya.
Salah satu layanan dalam aplikasi Kipin adalah server perpustakaan digital internal sekolah. Melalui layanan ini, sekolah dapat mengunggah file, baik dokumen dan maupun video, ke dalam server Kipin. Perpustakaan digital diharapkan mampu memperluas akses bahan bacaan sekaligus dokumentasi bagi para siswa maupun guru.
Kehadiran bahan bacaan dan sarana membaca secara digital selaras dengan upaya penguatan literasi digital yang diusung Kominfo, khususnya pilar budaya digital. Budaya digital tak lain adalah hasil kreativitas masyarakat yang menggunakan teknologi internet. Ya, salah satu hasil dari semakin menguatnya budaya digital adalah perubahan pola konsumsi masyarakat atas bahan bacaan..
Adapun, saat ini terdapat beberapa inisiatif bersama yang bertujuan meningkatkan literasi digital termasuk pilar budaya digital di dalamnya. Inisiatif yang dimaksud, contohnya kehadiran Literasidigital.id, Batik Siberkreasi, Pandu Digital, School of Influencer, StopHoax.id, dan Kreator Nongkrong.
Pembahasan lebih jauh seputar pilar-pilar literasi digital, Anda dapat mengunjungi info.literasidigital.id.