Sejumlah media melaporkan bahwa kepolisian mengamankan pemuda berinisial MAH (21 tahun) yang diduga sebagai hacker Bjorka. Melalui situs Breached.to, peretas ini pun menertawarkan pemberitaan terkait hal ini.
“LOL. The Indonesian government feels they has identified me based on misinformation from the Dark Tracer @darktracer_int,” kata Bjorka melalui situs Breached.to.
“This child has now been arrested and is being interrogated by the Indonesian government for Dark Tracer. It’s your sin to have given wrong information to a bunch of idiots,” kata dia.
Katadata.co.id sudah mengonfirmasi unggahan tersebut kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Namun belum ada tanggapan.
Katadata.co.id juga menelusuri cuitan akun Twitter @DarkTracer_Int. Namun tidak menemukan konten terkait sosok yang diduga hacker Bjorka maupun pemuda berinisial MAH asal Madiun, Jawa Tengah.
Namun sebelumnya, akun Instagram @Volt_anonym menuduh Muhammad Said Fikriansyah sebagai hacker Bjorka. Namun berdasarkan video yang beredar di media sosial, Muhammad Said Fikriansyah membantah dirinya Bjorka.
“Saya bukan Bjorka. Aktivitas harian saya mengedit, bukan hacker. Saya tidak pernah bisa melakukan hack (peretasan),” kata dia dikutip dari video yang diunggah akun Twitter @fikrirock.
Sebelumnya, salah seorang pengguna Twitter @angelinadeaid mengkaji cuitan hacker Bjorka dalam bahasa Inggris. “Melihat lexicon (collections of words) yang dipakai Bjorka, saya cukup yakin dia orang Indonesia,” katanya, Senin (12/9).
“Penggunaan double conjuction ‘because since’ setelah tanda titik. Ini tipikal khas orang Indonesia untuk menulis bahasa Inggris dengan gaya ‘Indoglish’,” tambah dia.
Cuitan itu ditanggapi oleh pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi. “Analisis bahasa Inggris yang digunakan Bjorka. Very Indonesian,” ujar dia.
Namun, Ismail Fahmi heran dengan pengguna Twitter yang mengatasnamakan hacker Bjorka bicara soal politik hingga sejarah Indonesia. “Kok malah membuka background dan jati diri? Jadi ketahuan motif Anda,” katanya.
Biasanya, hacker berfokus mencuri data dan menjualnya di situs penjualan data ilegal. “Tapi ini ada unsur perlawanan pada politik orde baru,” ujar dia.