ChatGPT yang didukung Microsoft dan AI Bard buatan Google akan segera hadir di mesin pencarian (browser). Di tengah tren platform kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), bagaimana nasib konten podcast?
Podcast atau siniar menjadi salah satu produk media yang dinikmati penduduk Indonesia. Mengutip data GlobalWebIndex (GWI), persentase pendengar podcast Indonesia menjadi yang terbesar kedua di dunia per kuartal III 2021.
Podcast menjadi konten audio favorit ketiga setelah konten musik dan radio.
Produser podcast Ratri Kartika mengatakan ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI untuk saat ini, yakni menyediakan konten audio. Sebagaimana diketahui, ChatGPT baru menyediakan jawaban dalam bentuk teks.
Selain itu, "originalitas dari individu tetap mutlak," kata Ratri dalam media gathering, Kamis (9/1). Namun AI bisa dimanfaatkan misalnya untuk konsultasi naskah podcast.
Ia mencontohkan, penggunaan suara khas Google Translate untuk konten audio sudah banyak diunggah di media sosial.
Noice original podcaster Berizik Randhika Jamil menilai AI sejauh ini dan manusia belum bisa disetarakan. "Kita masih tetap bisa lebih unggul dibandingkan AI untuk saat ini entah dari sisi manapun," katanya.
Namun bukan tidak mungkin ke depan podcaster digantikan oleh kecerdasan buatan.
Namun, ia menilai sebuah rasa organik harus tetap ada. Misalnya, mendengar suara Google Translate berbeda dengan mendengar suara manusia berbincang.
"Akan terasa aneh mendengar robot ngobrol," ujarnya.
Tetapi ia menambahkan, AI dapat dimanfaatkan untuk membuat konten podcast menjadi lebih menarik.
Co-founder dan CBO Noice Niken Sasmaya mengatakan, Noice tidak akan menutup mata mengenai tren teknologi. "Kami juga sedang mengeksplorasi apa yang bisa dilakukan dengan adanya AI dan ChatGPT," ujarnya.
Niken sependapat bahwa ada beberapa konten yang tidak mungkin digantikan oleh AI, karena adanya aspek sensor hubungan dan manusia nyata.
Menurutnya, podcast tidak akan bisa diganti oleh AI. Sebab, podcast bergantung pada personal host.
"Sekarang zaman kreator ekonomi. Pengguna tidak hanya sekadar mendengar kreator, tapi juga mengikuti keseharian kreator di media sosial lain," katanya.
Dan para penggemar kreator podcast biasanya ingin bertemu langsung dengan kreatornya. "AI tidak bisa bertemu langsung. Ini tidak real, hanya hologram," ujarnya. Sedangkan, “manusia ada actual human touch.”
Ia mencontohkan konten genre horror. “Ini bergantung pada keahlian talent membangun emosi dan ketakutan," katanya. Menurutnya, teknologi belum dapat mencapai pada aspek ini.
Teknologi bertujuan memudahkan hidup. Pada saat yang sama ada beberapa hal yang memang tidak akan pernah bisa digantikan oleh kecerdasan buatan.