Amerika Serikat beberapa kali memberikan sanksi kepada perusahaan Cina, sehingga tidak bisa mengimpor teknologi. Namun korporasi Tiongkok bisa mengakali aturan ini.
“Perusahaan Cina dilaporkan membeli peralatan pembuat cip Amerika untuk membuat semikonduktor canggih, meskipun, ada serangkaian pembatasan ekspor baru," kata sumber Reuters, pekan lalu (14/11).
Pemerintahan Joe Biden menerbitkan aturan pembatasan ekspor baru pada Oktober tahun lalu. Regulasi ini membuat perusahaan cip Cina tidak bisa membeli alat manufaktur dengan arsitektur 14nm atau lebih canggih dari Amerika.
Berdasarkan laporan tahunan Komisi Tinjauan Ekonomi dan Keamanan Amerika – Cina setebal 741 halaman, Departemen Perdagangan menggunakan alasan batasan pada bagian pembatasan 14 nanometer.
"Importir seringkali dapat membeli peralatan tersebut jika mereka mengklaim peralatan itu digunakan pada lini produksi yang lebih tua, dengan kapasitas terbatas untuk inspeksi penggunaan akhir, sulit untuk memverifikasi peralatan tersebut," demikian isi laporan itu.
Selain itu, perusahaan Cina mengklaim bahwa alat tidak digunakan untuk memproduksi cip yang lebih canggih.
Laporan itu dibuat ketika Amerika berupaya mencari tahu bagaimana Huawei mampu memproduksi cip 7 nanometer canggih. Cip yang digunakan pada ponsel pintar Mate 60 Pro.
Ponsel 5G itu memiliki cip Kirin 9000s dengan prosesor 7 nanometer, yang membuat gawai merespons perintah dengan lebih cepat.
Cip itu merupakan buatan Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) Cina. Huawei dan SMIC termasuk dalam korporasi yang dibatasi perdagangannya oleh Amerika pada 2019 dan 2020.
Para peneliti gawai di Cina berpendapat bahwa SMIC bisa saja membuat cip tersebut dengan peralatan yang diperoleh sebelum peraturan ekspor yang baru terbit pada Oktober 2022.
Laporan tersebut menyebutkan, Cina juga menimbun peralatan dengan memanfaatkan jeda waktu antara pemberlakuan peraturan Amerika pada Oktober 2022 dengan regulasi serupa di Jepang dan Belanda pada Juli dan September 2023.
Amerika memang meyakinkan Jepang dan Belanda untuk membatasi ekspor teknologi canggih ke Cina. Jepang membuat aturan pada Juli tahun ini dan Belanda pada September.
Selama Januari hingga Agustus, Cina mengimpor mesin manufaktur semikonduktor US$ 3,2 miliar dari Belanda atau naik 96,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$ 1,7 miliar.
"Impor peralatan semikonduktor Cina dari semua negara US$ 13,8 miliar selama delapan bulan pertama tahun ini," demikian dikutip dari laporan itu.
Huawei dan Xiaomi Segera Lepas dari Google
Huawei dan Xiaomi kini meninggalkan sistem operasi atau operating system (OS) Android milik Google.
Xiaomi mengumumkan akan resmi merilis OS bernama HyperOS pada Desember untuk pasar Cina. OS ini bakal disematkan pada ponsel pintar alias smartphone yang akan dijual ke pasar global pada awal tahun depan.
Xiaomi 14, Redmi K60 Extreme Edition, dan Xiaomi Pad 6 Max akan menjadi perangkat pertama yang menjalankan OS baru tersebut.
"HyperOS disebut-sebut memiliki ukuran firmware terkecil di industri. Ada peningkatan keamanan, kinerja, dan multitasking," demikian dikutip dari Gizmochina, akhir bulan lalu (26/10).
Selama lebih dari satu dekade, Xiaomi menggunakan MIUI untuk semua gawai. OS ini memang masih bergantung pada Android milik Google.
Kehadiran HyperOS akan mengurangi ketergantungan kepada teknologi Amerika.
Xiaomi mengatakan ukuran firmware HyperOS dapat diubah agar sesuai dengan kebutuhan perangkat keras yang berbeda.
HyperOS menyertakan model besar AI bawaan yang mendukung fitur-fitur seperti:
- Xiaoai Input Assistant untuk pembuatan teks
- Dokumen WPS
- AI Wonderful Painting untuk mengubah coretan menjadi lukisan
- AI Image Search untuk pengambilan gambar intuitif
- Integrasi perangkat komputasi awan atau cloud yang lebih ketat
Xiaomi juga menambahkan fitur keamanan baru, termasuk sistem keamanan Trusted Execution Environment atau TEE yang dikembangkan sendiri. Fitur ini memproses konten sensitif secara terpisah.
OS Xiaomi itu juga menghadirkan kolaborasi lintas-perangkat yang memungkinkan aplikasi digunakan di beberapa perangkat misalnya, kamera belakang ponsel dipakai untuk konferensi video melalui laptop.
Langkah Xiaomi tersebut bertepatan dengan Beijing yang mendorong pemerintahan hingga BUMN untuk mengganti produk termasuk perangkat lunak alias software dengan buatan dalam negeri. Proses ini akan berlangsung hingga 2027.
"Target kebijakan tersebut selanjutnya menyasar sektor telekomunikasi dan keuangan," kata dua sumber Reuters, akhir bulan lalu (30/10).
Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk asing, terutama Amerika. Terlebih lagi, setelah AS mengeluarkan sejumlah aturan pemblokiran terhadap produk Cina.
Huawei juga meluncurkan OS Harmony pada Desember 2020. Hal ini karena Amerika melarang perusahaan bekerja sama dengan Huawei, termasuk Google. Alhasil, produsen gadget asal Cina ini tidak bisa menggunakan Android dan layanan Google lainnya.
Perusahaan asal Tiongkok itu pun terus mengembangkan OS Harmony. Pada akhir September, Huawei mengklaim OS Harmony versi terbaru digunakan oleh lebih dari 60 juta pengguna. Secara keseluruhan, OS ini berjalan di lebih dari 700 juta perangkat.
Selain itu, Huawei membuat cip sendiri setelah Amerika memberikan sanksi kepada perusahaan chipset Cina.