Kominfo Sulit Dapat Cip untuk Pusat Data Nasional Imbas Perang di Gaza

Alibaba
Pusat data atau data center
Penulis: Amelia Yesidora
7/2/2024, 05.30 WIB

Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika mengakui sempat kesulitan mendapatkan cip untuk server di PDN alias Pusat Data Nasional Cikarang. Kelangkaan cip ini salah satunya karena perang seperti di Ukraina dan Rusia maupun Israel – Palestina di Gaza.

“Sekarang sebagian besar cip sudah sampai di Indonesia, sepertiga ada di laut, dan sisanya bakal kami jemput di Prancis dan Italia,” kata Pelaksana tugas atau Plt Direktur Layanan Aplikasi Informasi Pemerintahan Kominfo Aris Kurniawan di lokasi proyek pembangunan Pusat Data Nasional Cikarang, Selasa (6/2).

Sejumlah media asing juga melaporkan bahwa kelangkaan cip terjadi karena kebijakan Amerika melarang ekspor semikonduktor ke Cina. Selain itu, meningkatnya pengembangan teknologi kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).

Imbas terbatasnya pasokan, harga cip pun meningkat. Namun Indonesia mendapatkan keuntungan berkat kerja sama dengan Prancis.

Pembangunan Pusat Data Nasional Cikarang merupakan kerja sama investasi Indonesia dengan Prancis lewat pinjaman 164.679.680 Euro atau sekitar Rp 2,7 triliun.

Pembangunan Pusat Data Nasional Cikarang sudah 31,74%. Penyelesaian dipercepat dari target awal Oktober menjadi Agustus.

Pusat Data Nasional Cikarang itu terletak di Greenland International Industrial Center atau GIIC, Cikarang, Jawa Barat.

Fasilitas itu dibangun di atas lahan lima hektare dengan luas bangunan hampir 16 ribu meter persegi. Pemerintah memperoleh pinjaman atau loan  164.679.680 Euro atau sekitar Rp 2,7 triliun untuk membangun Pusat Data Nasional Cikarang.

“Harapannya saat ulang tahun Indonesia pada 17 Agustus, sudah punya Pusat Data Nasional. Rencananya diresmikan Pak Presiden,” kata Aris.

Pembangunan Pusat Data Nasional Cikarang dilakukan secara paralel. Selain itu, Kominfo memperbanyak durasi kerja dan jumlah pekerja.

“Dari dua menjadi tiga shift. Secara fisik, total pekerja sekarang sekitar 500 dan bahkan pernah mencapai 1.000 orang,” kata Aris.

Reporter: Amelia Yesidora