Mantan peneliti OpenAI Suchir Balaji ditemukan meninggal dunia di apartemen di San Francisco, Amerika Serikat, bulan lalu (26/11). Ia dikenal setelah menyuarakan kekhawatiran tentang ChatGPTyang melanggar Undang-Undang Hak Cipta, dalam wawancara dengan The New York Times.
Balaji ditemukan meninggal dunia setelah kepolisian mendapatkan laporan untuk memeriksa apartemen. Hasil penyelidikan menunjukkan eks peneliti OpenAI ini meningal dunia karena bunuh diri.
“Kami sangat sedih mengetahui berita ini. Hati kami tertuju pada orang-orang terkasih Suchir selama masa sulit ini," kata Juru bicara OpenAI, dikutip dari Techcrunch pada Senin (16/12).
Sebelum tewas, Suchir Balaji sempat menyuarakan kekhawatiran soal OpenAI. Usai bekerja hampir empat tahun di OpenAI, ia memutuskan keluar karena merasa teknologi ChatGPT lebih banyak menghasilkan dampak negatif ketimbang positif bagi masyarakat.
Kepada The New York Times, Suchir Balaji khawatir terhadap penggunaan data dengan hak cipta oleh OpenAI dalam pengembangan ChatGPT, yang menurutnya merusak internet.
Balaji, yang sebelumnya bekerja di OpenAI, terlibat dalam pengembangan WebGPT atau versi awal GPT-3 dan berbagai tahap pengembangan GPT-4 serta ChatGPT seperti prapelatihan dan pasca-pelatihan, menurut profil LinkedIn.
OpenAI juga tengah menghadapi beberapa tuntutan hukum dari sejumlah media, termasuk New York Times yang mengklaim startup AI generatif tersebut melanggar UU Hak Cipta.
Pada 25 November, sehari sebelum polisi menemukan mayat Balaji, dokumen pengadilan menyebut namanya dalam gugatan hak cipta terhadap OpenAI. OpenAI setuju untuk memeriksa berkas ini.