Trump Minta Google hingga Apple Setop Rekrut Pegawai dari India dan Cina

Instagram White House, Xinhua, Katadata/Desy Setyowati
Donald Trump (paling kiri), Vladimir Putin, Narendra Modi, Xi Jinping
Penulis: Kamila Meilina
8/9/2025, 11.47 WIB

Presiden Amerika Serikat Donald Trump melontarkan kritik bagi perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Microsoft, dan Apple untuk tidak bergantung pada tenaga kerja India dan Cina. Ia menegaskan praktik ini akan segera berakhir di bawah pemerintahannya.

“Banyak raksasa teknologi AS menikmati berkah dari kebebasan Amerika, tetapi membangun pabrik di Cina, mempekerjakan pekerja di India, dan memindahkan keuntungan ke Irlandia. Semua itu berakhir di bawah Presiden Trump,” kata Dalam pernyataan di ajang AI Summit di Washington pada Juli, dikutip dari NDTV, Senin (8/9). 

Trump mendorong agar raksasa teknologi AS mengadopsi pendekatan yang lebih patriotik dengan menempatkan kepentingan Amerika di atas segalanya. “Kita butuh perusahaan teknologi yang sepenuhnya berpihak pada Amerika. Kami hanya meminta satu hal: utamakan Amerika,” ujarnya menekankan slogan ‘America First’.

Pernyataan itu muncul setelah Trump menandatangani tiga perintah eksekutif untuk memperkuat sektor AI di AS:

  1. Winning the Race, mempercepat pembangunan infrastruktur AI dengan melonggarkan regulasi pada pusat data dan fasilitas digital.
  2. Netralitas Ideologis AI, memastikan sistem AI yang dikembangkan dengan dana federal tetap netral dan tidak dipengaruhi ideologi, seraya menolak kebijakan lama yang dianggap menghambat inovasi karena fokus pada keragaman dan inklusi.
  3. Kemandirian AI, mendorong ekspor produk AI buatan AS dan mengurangi ketergantungan pada platform serta rantai pasok luar negeri.

Trump juga menyatakan bahwa kemenangan AS dalam persaingan AI akan menjadi ujian besar yang setara dengan era perlombaan antariksa.

Wakil Presiden AS JD Vance turut menyoroti praktik ketenagakerjaan perusahaan teknologi, khususnya terkait visa H-1B. Ia mengkritik Microsoft dan perusahaan besar lain yang mengajukan ribuan H-1B sambil melakukan PHK massal di dalam negeri.

Melansir laman Departemen Tenaga Kerja AS, Program H-1B berlaku untuk pengusaha yang ingin mempekerjakan orang asing non-imigran sebagai pekerja dalam pekerjaan khusus atau sebagai model mode dengan prestasi dan kemampuan yang luar biasa. Visa ini banyak dipakai perusahaan teknologi besar seperti Google, Microsoft, Apple, dan Amazon untuk merekrut tenaga ahli dari luar negeri, termasuk dari India.

“Beberapa perusahaan besar mem-PHK 9.000 pekerja, lalu mengajukan banyak visa tenaga kerja luar negeri. Itu tidak masuk akal. Perhitungan seperti itu membuat saya khawatir,” kata Vance, dikutip dari International Business Times.

Menurut dia, alasan perusahaan yang menyatakan tidak bisa menemukan pekerja lokal adalah hal yang tak relevan dan hanya dijadikan pembenaran. 

“Saya tidak ingin perusahaan mem-PHK ribuan pekerja Amerika lalu bilang tidak ada tenaga kerja di sini. Itu cerita yang mengada-ada,” kata dia.

Vance menambahkan, Trump ingin talenta terbaik dunia memang membangun masa depan di Amerika, tetapi bukan dengan mengorbankan tenaga kerja dalam negeri.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Kamila Meilina