Limbah Ban Jadi Alat Pemecah Ombak di Karawang

Katadata
Penggunaan Limbah Ban jadi Alat Pemecah Ombah
18/10/2023, 08.38 WIB

Planet Ban memproses limbah ban menjadi Alat Pemecah Ombak (APO) sepanjang 150 meter di sepanjang garis pantai Dusun Bungin, Tanjung Pakis, Kabupaten Karawang. Alat Pemecah Ombak ini dapat mengendalikan abrasi dan melindungi pemukiman masyarakat dari gelombang laut.

CEO Planet Ban, Andi Harjoko, mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan CarbonEthics untuk menggarap pengolahan limbah tersebut. Selain untuk membantu masyarakat, langkah ini juga bisa mencegah potensi pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari ban bekas konsumen.

Dia mengatakan, Planet Ban telah memiliki visi untuk menggunakan inovasi sebagai landasan utama dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. “Planet Ban terus berupaya menjadi pemimpin dalam penyediaan produk dan layanan berkelanjutan bagi para pengendara sepeda motor di Indonesia," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (18/10).

 

Sebelumnya, Planet Ban telah mendorong pelanggan untuk meninggalkan ban bekas saat membeli ban baru di toko mereka dalam mengurangi dampak negatif dari limbah. Ban bekas ini akan diolah ulang menjadi produk yang berguna melalui kerjasama dengan pihak ketiga.

Andi mengatakan, upaya pengelolaan limbah ban ini merupakan bagian dari implementasi prinsip 5i (Reduksi Emisi, Konversi, Konservasi, Proteksi dan Mediasi) yang diadopsi Planet Ban dalam menjalankan bisnis berkelanjutan.

Apa Itu Alat Pemecah Ombak?

Dalam 30 tahun terakhir, seluas 69,28 hektar daerah pesisir Desa Tanjungpakis telah terdampak abrasi yang masif. Limbah ban motor bekas dipilih sebagai Alat Pemecah Ombak karena sifat elastis karet pada ban. Alat itu dapat menyerap energi dari gelombang laut dan memecahkannya menjadi energi kinetik yang lebih rendah.

Dikombinasikan dengan bambu, Alat Pemecah Ombak yang terbuat dari limbah ban bekas yang telah didaur ulang ini memiliki potensi yang optimal untuk mengurangi kekuatan gelombang tinggi. Alat Pemecah Ombak ini melindungi pantai dari abrasi secara efektif, sekaligus mudah dibentuk dibandingkan material lainnya.

CEO CarbonEthics, Agung Bimo Listyanu, mengutarakan apresiasinya terhadap Planet Ban atas kontribusi dan dukungan yang diberikan terhadap upaya perbaikan kondisi pesisir di Indonesia. Menurut dia, masalah abrasi saat ini telah menjadi sangat serius bagi kelangsungan hidup masyarakat pesisir di sejumlah daerah di Indonesia.

Dia mengatakan, limbah ban bekas berpotensi meningkatkan taraf hidup 5% dari populasi masyarakat Desa Tanjung Pakis yang terdampak abrasi pada 2026. Hal ini dihitung dari potensi restorasi lahan hingga 10 hektar dan konservasi 40,000 pohon mangrove dari gelombang tinggi.

Kolaborasi ini diharapkan akan menjadi contoh nyata bagaimana inovasi dalam pengelolaan limbah dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. “Diharapkan bahwa solusi Planet Ban dapat memotivasi sektor lain untuk mengadopsi pendekatan kreatif dalam mengatasi masalah lingkungan dan menciptakan ekosistem berkelanjutan.” tutup Agung.