Guru Besar IPB Ungkap Biang Keladi Kualitas Udara Jakarta Masih Buruk

ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/rwa.
Foto udara kawasan pulau reklamasi tertutup polusi di Jakarta, Jumat (6/10/2023). Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Jumat (6/10/2023), indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 133 atau masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 48 mikrogram per meter kubik.
30/10/2023, 16.58 WIB

Kualitas udara Jakarta masih buruk meskipun pemerintah sudah melakukan sejumlah upaya untuk menekan polusi. Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara, IQAir, kualitas udara Jakarta masih masuk kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif pada Senin sore (30/10) dan menjadi terburuk nomor sebelas di dunia.

Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB Prof Bambang Hero Saharjo mengatakan, sektor transportasi merupakan penyumbang tertinggi polusi Jakarta. Mobilitas penduduk Jakarta yang tinggi menyebabkan prduksi emisi karbon menjadi tinggi.

Dia mengatakan, sektor transportasi berkontribusi menyumbangkan emisi sebesar 93,96% atau 28.317 ton per tahun. Sementara kontribusi pembangkit listrik dan industri jumlahnya sangat kecil, yaitu masing-masing 1,76% atau 5.252 ton per tahun, serta 1,25% atau mencapai 3.738 ton per tahun.

Oleh sebab itu, menurut Bambang, salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah memperbanyak armada dan jalur trannsportasi publik.

"Jadi dikaji dulu penyebab terbesarnya apa," ujarnya di Jakarta, Senin (30/10).

Bambang menambahkan, pemerintah juga sebaiknya tidak hanya membuat solusi jangka pendek untuk mengatasi polusi udara. Pemerintah justru harus menekankan upaya jangka panjang dalam mengatasi masalah.

Eksekutif Institute for Essential Service Reform, Fabby Tumiwa, mengatakan buruknya kondisi udara di ibu kota tidak hanya semerta-merta disebabkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Melainkan penyebab terbesarnya yakni dari sistem pembuangan (exhaust) pembakaran Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan bermotor.

“PLTU memang ada kontribusinya yang menyebabkan kondisi udara buruk, tapi tidak dominan pada musim panas karena arah angin dari Timur ke Barat,” ujar Fabby saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa, (22/8).

Namun demikian, dia tidak mempunyai data terbaru terkait besaran persentase penyumbang polusi baik itu dari PLTU, maupun dari pembakaran BBM kendaraan bermotor. ”Saya belum punya datanya, yang jelas penyumbang polusi terbanyak itu dari asap kendaraan bermotor dan transportasi lainnya,” kata dia.

Sebelumnya, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyegel tiga perusahaan penampungan batu bara yang berpotensi mencemari lingkungan. Ketiga gudang batu bara yang ditutup yakni PT Bahana Indokarya Global di Jakarta Timur, serta PT Trada Trans Indonesia dan PT Trans Bara Energy di Jakarta Utara.

Selain itu, pemerintah juga menutup sementara perajin arang batok di Lubang Buaya, Jakarta Timur. Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan pihaknya telah menindak tegas sejumlah industri yang melanggar aturan lingkungan sehingga menjadi pemicu polusi udara.

Reporter: Nadya Zahira