The Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menyatakan penggunaan sawit berkelanjutan di Indonesia baru 2% atau sekitar 200 sampai 300 ribu ton. Pasalnya produksi sawit sebesar 9,2 juta ton dari kebun yang bersertifikat RSPO mayoritas diekspor ke luar negeri.
"Misalnya, RSPO ini memproduksi 10 kelapa sawit, tapi dari 10 ini kebanyakan di ekspor, dan justru di dalam negeri sendiri di market itu hanya 2%,” ujar Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO, Indonesia Mahatma Windrawan Inantha saat ditemui Katadata.co.id, usai acara RSPO 2023, Selasa (21/11).
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) bertujuan mendorong pengembangan dan penggunaan produk minyak kelapa sawit berkelanjutan dengan menerapkan standar global yang tepercaya dan tata kelola yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Windrawan mengatakan, minyak goreng yang sudah tersertifikasi RSPO di Indonesia baru ada satu yakni Super Indo yang diproduksi oleh Wahana Citra. Dia berharap akan ada merek lainnya yang menggunakan kelapa sawit berkelanjutan.
"Kan ini juga salah satu upaya untuk mendorong energi bersih dan berkelanjutan,” ujarnya.
Windrawan menilai, konsumen yang beralih menggunakan minyak sawit berkelanjutan akan mendukung upaya global untuk melindungi hutan hujan dan menjaga keanekaragaman hayati yang saat ini tengah mengalami perubahan iklim.
“Selain itu juga membantu menciptakan kondisi sosial ekonomi yang adil dalam rantai pasokan minyak sawit global,” kata dia.
Dia mengatakan, saat ini pihaknya tengah melakukan sejumlah upaya agar penggunaan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia bisa meningkat lebih dari 2%. Salah satu upayanya yakni dengan mendekati perhimpunan hotel dan restoran untuk mengajak mereka menggunakan kelapa sawit yang sudah tersertifikasi.
“Jadi kami ajak mereka untuk mengkonsumsi sawit yang berkelanjutan bukan hanya untuk minyak goreng tapi juga sabun, shampo, dan sebagainya,” kata dia.
Dia mengatakan RSPO juga melakukan pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat kalau sawit juga bisa diproduksi untuk produk apapun bukan hanya minyak saja, “Jadi pendekatan culture itu akan lebih masuk,” ujarnya.
Selain itu, Windrawan menyebutkan RSPO saat ini menargetkan penggunaan sawit berkelanjutan di Indonesia bisa meningkat hingga 4% dalam waktu 5 tahun. Untuk itu, upaya-upaya tersebut akan terus digenjot.
Sebelumnya, Windrawan mengatakan, anggota RSPO telah memainkan peran fundamental dalam terus mengarahkan skala menuju tingkat keberlanjutan yang lebih tinggi dalam sektor minyak sawit Indonesia. Industri kelapa sawit terbaik di Indonesia telah menunjukkan tanda telah siap menerima standar keberlanjutan global RSPO.
"Baik itu peningkatan sertifikasi di kalangan petani kecil dan pabrik atau peningkatan penyerapan lokal, remediasi, dan bahkan konservasi, kami melihat kemajuan yang menggembirakan, dan hal ini bergantung pada kekuatan kolaborasi," ujarnya dalam keterangan tertulis, jumat (10/11).
Pada 2022, areal Sertifikasi RSPO Indonesia tumbuh sebesar 4%. Areal sertifikasi tersebut tumbuh lagi 6% pada periode Januari-September 2023. Angka ini mewakili lebih dari 2,5 juta hektar lahan, termasuk lahan perkebunan dan daerah bersertifikat petani kecil mandiri (ISH).
Sebanyak 25 pabrik baru juga telah disertifikasi sesuai dengan Prinsip dan Kriteria (P&C) Standar RSPO pada 2022. "Pabrik tersebut bertambah 18 unit lagi hingga kuartal ketiga di tahun 2023," tulis siaran pers RSPO dikutip Jumat (10/11).
Sertifikasi RSPO di antara kelompok ISH tumbuh sebesar 41% dibandingkan dengan 2021, didukung oleh pendahaan hingga US$ 180.000 yang didistribusikan melalui Dana Dukungan Petani Kecil RSPOs (RSSF).