Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyatakan suhu rata-rata Januari 2024 mencapai 27,2 derajat celcius. Suhu tersebut merupakan yang tertinggi untuk bulan yang sama sejak 1981.
"Secara umum Indonesia mengalami kenaikan suhu udara 0,8 derajat celcius dibanding normalnya," dikutip dari fakta perubahan iklim dari situs resmi BMKG, Selasa (6/2).
Kenaikan suhu udara tertinggi terjadi di stasiun Meteorologi Umbu Mehang Kunda di Sumba Timur yaitu sebesar 2 derajat celcius. Sementara kenaikan suhu terendah terjadi di Stasiun Meteorologi Maritim Paotere di Makassar sebesar -0,6 derajat celcius.
Sebelumnya, Kepala BMKG Indonesia, Dwikorita Karnawati, mengatakan puncak musim hujan diprediksi dimulai pada akhir Januari hingga Maret mendatang.
Dwikorita menyebut tidak ada anomali cuaca dalam musim hujan tahun ini. Musim hujan berlangsung normal sesuai dengan rata-rata klimatologisnya selama 30 tahun terakhir, yaitu dapat mencapai 400 milimeter dalam satu bulan.
"Hanya saja, menurutnya terkadang akan muncul hujan ekstrem pada skala harian, dimana curah hujan dapat mencapai 150 milimeter per hari," katanya.
Dwikorita mengingatkan, hujan tersebut dapat menyebabkan banjir, banjir bandang dan tanah longsor jika tidak diantisipasi sejak awal. Aksi mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya membersihkan saluran air atau drainase lingkungan, membersihkan sungai dari material penghambat/sumbatan berupa batu, tanah, kayu, ranting pohon, dan sampah, yang dapat memicu terjadinya banjir bandang.
"Hal tersebut kerap terjadi terutama pada daerah dataran rendah yang berada di sekitar perbukitan, pada saat pasca kejadian gempa bumi di musim hujan," ujarnya.
Dia mengatakan, gempa banyak mengakibatkan titik longsor di lereng lembah-lembah hulu sungai di perbukitan. Material longsor beserta pohon-pohon dan tanah ataupun batuan yang terseret longsor akan terendapkan di lembah-lembah sungai tersebut, mengakibatkan terbentuknya sumbatan yang membendung aliran air sungai di daerah hulu.
Dengan turunnya hujan selama berhari-hari, bendung tersebut akhirnya jebol karena tidak mampu menahan tekanan akumulasi air sungai yang terbendung. Hal itu dapat menyebabkan banjir bandang atau aliran debris dengan kecepatan tinggi ke arah dataran rendah di hilir.
"Contohnya seperti banjir bandang yang terjadi di kawasan Braga beberapa waktu lalu yang diduga karena terjadi penyumbatan di sungai di daerah hulunya," tuturnya.
"Karenanya, untuk mengantisipasi kejadian tersebut berulang maka perlu dilakukan inspeksi sungai apakah ada sumbatan agar tidak menyebabkan banjir bandang," ujarnya.