Gelombang panas melanda negara-negara Asia, termasuk Asia Tenggara. Suhu di Thailand bahkan mencapai 52 derajat celsius.
Sementara berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gelombang panas di Indonesia masih berada di bawah 40 derajat celsius. Tertinggi yaitu pada 21 April, tercatat suhu di i Medan, Sumatra utara mencapai 37,0 derajat celsius dan di Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37,8 derajat celsius.
Selain itu, suhu tertinggi juga tercatat di Palu, Sulawesi Tenggara yang mencapai 36.8 derajat celsius pada 23 April di Palu.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, mengatakan hal tersebut terjadi karena posisi semu matahari pada April berada dekat sekitar khatulistiwa. Ini menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari.
Namun demikian, dia mengatakan, Fenomena suhu panas di Indonesia bukan merupakan heat wave (gelombang panas), karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda.
"Fenomena panas di Indonesia hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun," ujarnya dikutip Senin (29/4).
Potensi Bencana
Di sisi lain, BMKG juga memonitor masih terjadinya hujan intensitas sangat lebat hingga ekstrem sejak 22 April 2024 di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain di Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Kapuas Hulu (Kalimantan Barat), dan Tanjung Perak Surabaya (Jawa Timur).
Kondisi tersebut turut memicu terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah. Berdasarkan informasi perkembangan musim BMKG, diketahui bahwa sekitar 63% wilayah Zona Musim diprediksi mengalami Awal Musim Kemarau pada Mei hingga Agustus 2024. Saat ini beberapa wilayah masih cukup basah dan terjadi hujan.
Guswanto mengungkapkan bahwa BMKG mengidentifikasi masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan dalam sepekan ke depan. Potensi hujan yang besar tersebut terjadi di sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan Sebagian besar Papua.
"Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menerangkan bahwa pada bulan April merupakan periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau di sebagian besar wilayah di Indonesia. Masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es.
Dia mengatakan, salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.
Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat.
Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Dalam dua hingga tiga hari kedepan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia.
Andri mengimbau masyarakat agar tetap tenang meski perlu tetap waspada terhadap potensi bencana terutama banjir yang sewaktu-waktu dapat terjadi, mengenali potensi bencana di lingkungan masing-masing khususnya di daerah rawan bencana.
Selain itu, dia juga mengingatkan langkah-langkah sederhana yang dapat membantu menghindari bencana seperti tidak membuang sampah sembarangan, bergotong royong menjaga kebersihan, dan menata lingkungan sekitarnya. "Pantau terus informasi peringatan dini cuaca melalui aplikasi infoBMKG untuk mendapatkan informasi yang lebih detail," tambah Andri.