Bangladesh kembali menutup semua sekolah dasar di seluruh negeri dan lembaga pendidikan lainnya lantaran gelombang panas ekstrem dengan suhu mencapai 43 derajat Celcius. Gelombang panas tersebut dilaporkan telah menyebabkan penyakit bahkan kematian.
Ini merupakan kebijakan yang kedua kalinya setelah sekolah-sekolah di Bangladesh sempat dibuka pekan lalu. Namun setelah dibuka, tingkat kehadiran siswa sangat rendah.
Menteri Pendidikan Mohibul Hasan Chowdhury Nowfel mengatakan akan menutup lembaga pendidikan jika suhu di distrik mana pun melebihi 42 derajat. Saat ini, kementerian setempat memutuskan untuk menutup kembali sekolah dasar dan lembaga pendidikan di 27 distrik sampai Kamis pekan ini.
Secara terpisah, Pengadilan Tinggi setempat memerintahkan penutupan sekolah dasar dan menengah di seluruh negeri hingga Kamis karena panas yang ekstrem. Perintah ini diberikan setelah seorang pengacara memberi tahu pengadilan tentang laporan kematian dan penyakit, termasuk guru dan siswa, dalam beberapa hari terakhir.
Sementara itu, iilmuwan mengatakan, perubahan iklim berkontribusi pada gelombang panas yang lebih sering, parah, dan panjang selama bulan-bulan musim panas. Bulan ini, Bangladesh telah mencatat suhu ekstrem setiap hari kecuali 9 dan 10 April.
Pemerintah Bangladesh juga mengimbau agar warga tetap berada di rumah pada siang hari, untuk terhindar dari sengatan panas. Namun jika harus bekerja di luar rumah, diimbau untuk minum air yang cukup dan jangan langsung berada di bawah paparan sinar matahari.
30 Orang di Thailand Meninggal
Gelombang panas ekstrem juga terjadi di negara-negara Asia Tenggara dan Asia Selatan lainnya. Bahkan di beberapa negara, cuaca mencapai lebih dari 50 derajat Celcius.
Filipina juga mengumumkan penutupan semua sekolah negeri selama dua hari setelah panas yang ekstrem di ibu kota Manila. Di Thailand, 30 orang dilaporkan meninggal lantaran kepanasan dengan suhu yang mencapai 44,1 derajat Celcius pada pekan lalu.
Philippine Atmospheric, Geophysical and Astronomical Services Administration (PAGASA) memperingatkan indeksi suhu rata-rata Filipina bisa mencapai 52 derajat Celcius hingga pertengahan Mei 2024.
“Kami masih berada di puncak musim kemarau dan ada kemungkinan bahwa suhu akan meningkat lebih lanjut terutama selama paruh kedua bulan Mei,” kata peramal cuaca PAGASA, Anna Clauren, dikutip dari Philstar, Senin (29/4).
Cuaca panas ekstem ini terjadi karena fenomena cuaca El Nino mengintensifkan panas yang menyelimuti negara itu pada bulan-bulan musim panas Maret hingga Mei di Filipina. Kondisi tersebut mendorong ribuan sekolah di seluruh Filipina untuk meliburkan kelasnya.
Setidaknya 3,6 juta siswa di Filipina terdampak dan banyak yang mengeluhkan panas yang tidak dibisa ditoleransi hingga mengakibatkan kulitnya terasa terbakar.
Penasihat Pendidikan Dasar Save the Children Philippines, Xerxes Castro, berharap pemerintah lebih lama meliburkan kelas-kelas karena gelombang panas hingga bulan depan.
“Kami melihat rata-rata lebih dari 52 derajat Celcius, jadi kalian bisa membayangkan betapa stresnya itu bagi pelajar," kata Xerxes Castro, dikutip dari Reuters, Senin (29/4).