Gita Syahrani, Chairwoman Koalisi Ekonomi Membumi, mengatakan ekonomi restoratif memberikan beragam manfaat untuk lingkungan, termasuk memberikan "cuan" atau keuntungan ekonomi bagi masyarakat. Indonesia memiliki potensi ekonomi restoratif yang besar tetapi masih perlu diperbaiki pengelolaannya di sektor hulu.
Ekonomi restoratif atau sebuah sistem ekonomi yang melihat kelestarian lingkungan guna menjaga keberlangsungan alam dapat memberikan beragam manfaat bagi manusia.
"Sebenarnya sudah kelihatan (sumber cuan) dari sekarang. Kita melihatnya sektor (ekonomi restoratif) ini yang value creation-nya paling tinggi," ujar Gita dalam podcast GreenTalks dengan judul "Ekonomi Berbasis Alam, Bisa Cuan?", dikutip Selasa (4/6).
Gita mencontohkan salah satu keuntungan yang bisa dinikmati oleh para pelaku ekonomi restoratif datang dari sektor kecantikan. Menurut Gita, konsumen mau membayar mahal untuk produk kecantikan dan perawatan pribadi (personal care) yang menggunakan hasil olahan keanekaragaman hayati (biodiversity) Indonesia yang berkelanjutan.
"Secara nilai memang sudah besar tapi bagaimana kita bisa benerin di hulu dan mendorong supaya dia betul-betul dikelola secara regeneratif. Keanekaragaman hayati itu dikelola tumpangsari dan agroforestri, bukan monokultur," ujar Gita.
Pengelolaan sumber daya alam tersebut bisa melibatkan masyarakat setempat sehingga sumber daya tersebut juga bisa menghasilkan banyak lapangan kerja. Menurut Gita, komoditas yang sudah telanjur monokultur seperti kelapa sawit sebenarnya bisa dilihat sebagai peluang untuk membantu industri kelapa sawit mengurangi dampak negatifnya.
"Bisa dikelola secara lebih berkelanjutan, tidak ada deforestasi (no deforestation), tidak ada eksploitasi gambut dan itu menjadi komitmen perusahaan-perusahaan di sana," ujarnya.