Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan potensi gempa yang tinggal menunggu waktu di dua Megathrust di Indonesia. Megathrust merupakan bidang gempa sangat besar yang terletak tepat pada pertemuan lempeng samudera (Indo-Australia) dan lempeng benua (Eurasia).
Kondisi tersebut terungkap ketika Gempa besar dengan Magnitudo 7,1 di Jepang yang bersumber dari Megathrust Nankai pada Jumat (8/8) pukul 14.42 WIB.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan Megathrust Nankai merupakan salah satu zona seismic gap atau zona sumber gempa potensial, namun belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Zona tersebut saat ini diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan kerak bumi.
Menurutnya, potensi serupa bisa terjadi di Seismic Gap Megathrust Selat Sunda (M8,7) dan Megathrust Mentawai-Suberut (M8,9).
"Rilis gempa di kedua segmen megathrust ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu” karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar," ujar Daryono dalam keterangan, Senin (12/8).
Daryono mengatakan, jika gempa dahsyat di Megathrust Nankai tersebut benar-benar terjadi, kemungkinan besar tersebut dapat memicu tsunami. Karena setiap gempa besar dan dangkal di zona megathrust akan memicu terjadinya patahan dengan mekanisme naik (thrust fault) yang dapat mengganggu kolom air laut (tsunami).
Meski begitu, BMKG sudah menyiapkan system monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Lanjutnya, BMKG juga telah memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara pantai) yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Community).
"Harapan kita, semoga upaya kita dalam memitigasi bencana gempabumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim," ujarnya.