BMKG: Peringatan Soal Megathrust Jangan Dimaknai secara Keliru

Freepik
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tetap tenang pada saat menerima informasi mengenai potensi gempa bumi yang bersumber dari megathrust.
Penulis: Djati Waluyo
16/8/2024, 06.33 WIB


Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar tetap tenang pada saat menerima informasi mengenai potensi gempa bumi yang bersumber dari megathrust. Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini (warning) akan terjadinya gempa besar dalam waktu dekat. 

Megathrust merupakan bidang gempa sangat besar yang terletak tepat pada pertemuan lempeng samudera Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan pembahasan mengenai potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebenarnya bukan hal baru. Bahkan, pembahasan ini sudah ada sejak sebelum terjadi gempa dan tsunami Aceh pada 2004.

"Munculnya kembali pembahasan potensi gempa di zona megathrust saat ini bukanlah bentuk peringatan dini yang seolah-olah dalam waktu dekat akan segera terjadi gempa besar. Tidak demikian," ujar Daryono saat dikonfirmasi Katadata.co.id, Kamis (15/8).

Daryono mengatakan, BMKG hanya mengingatkan kembali keberadaan zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Zona kekosongan gempa besar ini harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Pembahasan Megathrust Tidak Terkait Gempa di Jepang

Daryono mengungkapkan munculnya pembahasan potensi gempa di zona Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, sebenarnya tidak ada kaitannya secara langsung dengan peristiwa gempa kuat M7,1 yang berpusat di Tunjaman Nankai dan mengguncang Prefektur Miyazaki, Jepang.

Daryono menyebut, gempa yang memicu tsunami kecil pada 8 Agustus 2024 itu mampu menciptakan kekhawatiran bagi para ilmuwan, pejabat negara, dan publik di Jepang akan potensi terjadinya gempa dahsyat di Megathrust Nankai.

Peristiwa semacam ini menjadi merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan masyarakat di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

Daryono mengatakan hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi kapan terjadi gempa, di mana lokasi, dan berapa besar kekuatannya. "Kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya," ujarnya.

Oleh karena itu, Daryono meminta agar masyarakat tidak keliru memaknai informasi BMKG mengenai potensi gempa megathrust sebagai prediksi atau peringatan dini. 

"Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai. BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat," imbuhnya.

Reporter: Djati Waluyo