Konferensi Tingkat Tinggi Biodiversitas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau yang disebut dengan COP16 berlangsung pekan ini di Cali, Kolombia. Enam pemuda terpilih untuk mewakili Indonesia di forum internasional tersebut.
Keenam pemuda itu adalah F Deliana Winki, pendiri dan pengajar Sekolah Adat Arus Kualan; Andi Reza Zulkarnain, Co-chair Young People Action Team (YPAT) UNICEF East Asia and Pacific; Novita Ayu Matoneng Oilsana, Pendiri Komunitas Balenta; Salma Zakiyah, Program Officer Madani Berkelanjutan; Raja Mulkan Azhari, Campaigner Yayasan Hutan Alam Lingkungan Aceh (HAKA); dan Naomi Waisimon, Social Entrepreneur dari Jayapura.
Mereka diundang oleh Life of Pachamama, organisasi bentukan sekelompok orang muda di Kolombia, yang mengadakan program solidaritas di CO16 Convention on Biological Diversity (CBD). Kegiatan ini merupakan platform yang dinamis untuk mengintegrasikan pengalaman dan memobilisasi pemimpin muda yang kritis dalam isu biodiversitas.
Jose Fernando Palacio, Co-leader COP16 Strategy dan Juan David Amaya, Associate Director Life of Pachamama, mengatakan para delegasi muda Indonesia dipilih berdasarkan sejumlah pertimbangan. Misalnya, mereka menjadi representasi yang adil dari seluruh wilayah Indonesia, dengan perhatian khusus pada daerah yang paling terdampak oleh perubahan iklim dan titik-titik keanekaragaman hayati yang teridentifikasi. Delegasi juga harus menunjukkan keterlibatan aktif dalam kelompok-kelompok keadilan iklim di tingkat lokal, nasional, atau internasional.
Peran Penting Delegasi di COP16
Jose dan Juan mengatakan setiap delegasi memiliki peran penting di COP16. Selain berpartisipasi dalam sejumlah panel utama, mereka juga akan memiliki ruang untuk berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan global. Hal ini penting untuk memastikan suara masyarakat dan wilayah yang paling terdampak dipertimbangkan dalam diskusi keanekaragaman hayati.
"Kami berharap para delegasi muda ini melihat diri mereka tidak hanya sebagai pengamat, tetapi sebagai aktor transformatif. Semoga pengalaman ini akan memperkuat kapasitas mereka untuk memengaruhi kebijakan di masa depan," ujar Jose dan Juan.
Mereka berharap keenam anggota delegasi ini kembali ke komunitas mereka dengan alat dan pengetahuan yang memungkinkan mereka untuk terus memperjuangkan masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
COP16 yang berlangsung pekan ini di Cali, Kolombia akan dihadiri oleh lebih dari 190 negara. Kegiatan ini akan mempertemukan berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi pemerhati, masyarakat adat, bisnis, kelompok orang muda, masyarakat sipil, dan akademisi.
Mufti Barri, Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia, mengatakan konferensi tersebut sangat relevan dengan Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati (biodiversitas) tinggi. "COP kali ini sangat penting untuk menunjukkan siapa sebenarnya penjaga keanekaragaman hayati atau biodiversitas di bumi ini," ujar Mufti.
Ia menyebut gangguan alam sekecil apa pun akan berdampak signifikan terhadap kehidupan manusia, karena manusia menjadi bagian dari ekosistem. Ia mencontohkan wabah Covid-19 yang terjadi karena adanya gangguan ekosistem dan rantai makanan. Gangguan ini menimbulkan dan menyebarkan virus baru yang berdampak sangat besar terhadap kehidupan manusia.