Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut wilayah Jawa Timur dan Bali berpotensi menghadapai cucaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kondisi tersebut terjadi karena fenomena cuaca yang dipengaruhi oleh La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.
Sebagaimana diketahui, La Nina adalah fenomena alam di mana suhu air laut di Samudera Pasifik menurun, sehingga berada di bawah rata-rata dari daerah sekitarnya. Pendinginan yang tidak biasa ini bahkan bisa terjadi hingga anomali suhu melebihi -0,5 derajat Celcius.
“Kondisi global ini meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur dan Bali. Meski fenomena ini diprediksi netral pada awal 2025, masyarakat tetap harus waspada terhadap ancaman banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi,” ujar Dwikorita dalam keterangan tertulis, Senin (16/12).
Berdasarkan catatan BMKG, pada Desember 2024, Jawa Timur berpeluang mengalami curah hujan menengah di kisaran 51–150 mm lebih dari 70%, sementara peluang curah hujan tinggi 151–300 mm lebih dari 60%. Beberapa wilayah di Jawa Timur yang diprediksi rawan banjir antara lain Blitar, Gresik, Jember, Malang, Pacitan, dan Probolinggo.
Selain itu, gelombang tinggi 1,25–2,5 meter diperkirakan terjadi di perairan selatan Jawa Timur, mencakup Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, dan Banyuwangi.
Potensi Cuaca Ekstrem di Bali
BMKG juga memperingatkan wilayah Bali berpotensi mengalami curah hujan kategori menengah hingga sangat tinggi di Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, dan Denpasar.
"Potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang diprediksi meningkat, terutama pada periode 15–21 Desember 2024," ujarnya.
Gelombang tinggi mencapai 2,5–4 meter juga diperkirakan terjadi di perairan selatan Bali. BMKG mengimbau masyarakat pesisir dan nelayan untuk menghindari aktivitas di laut selama periode tersebut.