Statusnya Sangat Terancam Punah, Orang Utan Butuh Proteksi

ANTARA FOTO/Aditya Nugroho/nz
Satu individu Orang Utan subspesies Pongo Pygmaeus Morio beraktivitas di Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa (22/4/2025).
21/8/2025, 11.16 WIB

Tiga spesies orang utan, yaitu Orangutan Borneo, Orangutan Tapanuli, dan Orangutan Sumatra berada dalam status critically endangered atau satu langkah lagi menuju punah. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat sejumlah ancaman yang dihadapi orang utan.

Satwa ini banyak ditemukan di hutan hujan tropis dataran rendah, rawa, dan hutan pegunungan. Berdasarkan data IUCN, peralihan fungsi hutan menjadi perumahan dan area urban, pertanian skala kecil, pertanian agroindustri, hingga pertambangan dan penggalian menjadi ancaman besar bagi orang utan.

Pengembangan infrastruktur jalan dan area rekreasi di sekitar habitatnya juga memberikan ancaman serupa. Selain itu, ekosistem yang telah termodifikasi meningkatkan risiko kebakaran hutan yang berdampak pada kehidupan orang utan. 

Orang utan juga belum lepas dari ancaman perburuan dan perdagangan satwa. Berdasarkan keterangan Direktur Eksekutif Orangutan Information Centre (OIC), Syafrizaldi Jpang, otoritas Thailand telah menyelamatkan tiga bayi orang utan asal Indonesia yang diselundupkan melalui Malaysia pada Februari lalu.

Kejadian serupa terulang pada Mei 2025, otoritas Thailand menggagalkan penjualan dua bayi orangutan asal Indonesia.

“Sebelumnya, otoritas kita juga berhasil membongkar jaringan perdagangan tengkorak satwa. Hasilnya, 78 tengkorak primata disita dan sebagian terkonfirmasi orang utan,” kata Syafrizaldi, dikutip dari Antara, pada Rabu (20/8).

Berdasarkan laporan pemerintah dalam Population and Habitat Viability Analysis (PHVA) 2016, luas habitat orang utan di Kalimantan dan Sumatera adalah 15,6 juta ha dalam 39 meta populasi. Forest and Wildlife Program Director WWF Indonesia, Ali Imron, menyatakan data tersebut perlu dievaluasi dan dimonitor segera untuk mengetahui perubahannya. 

"Rencananya (evaluasi dan monitor data) dilakukan di tahun 2026 untuk memastikan habitat tersisa dan tindakan strategis untuk mempertahankan habitat yang masih ada," kata Ali, dalam keterangan tertulis pada Rabu (20/8).

Menyempitnya habitat orang utan, membuat spesies ini terdesak keluar dari tempat hidupnya. Situasi ini dapat meningkatkan ancaman langsung terhadap populasinya. Apalagi, ancaman perburuan liar masih mengintai.

Berdasarkan data PHVA 2016, populasi Orangutan Sumatra sebanyak 14.630 individu, Orangtua Borneo sebanyak 57.350 individu, dan Orangutan Tapanuli hanya 760 individu.

Langkah Proteksi untuk Orang Utan

Ali mengatakan, perlu ada rehabilitasi dan restorasi untuk mengoneksikan habitat yang terfragmentasi. WWF Indonesia telah melakukan upaya tersebut melalui program Reconnect Plus di beberapa lanskap di Kalimantan.

Sebelum itu, perlu dilakukan identifikasi hutan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisi dan menentukan langkah proteksi berikutnya.

Dengan strategi advokasi tata ruang yang tepat, mulai dari Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, ruang yang teridentifikasi habitat orang utan dapat diamankan dengan tepat pula.

Saat ini, pemerintah bersama WWF Indonesia tengah mengaktifkan program Heart of Borneo. Ini merupakan program penyelamatan koridor orang utan dengan memperhatikan aspek kesejahteraan masyarakat yang bermukim di sekitarnya.

Ali menambahkan, kolaborasi antara pemerintah, non-government organization, akademisi, sektor swasta, pemerhati, dan aktivis lingkungan perlu dibangun untuk memastikan target tercapai pada tujuan yang sama.

Ekowisata melibatkan alam dan orang utan dapat dikembangkan bersama masyarakat, sekaligus untuk memastikan peran perlindungan satwa tersebut di tingkat tapak. Langkah tersebut dapat dilakukan sembari melakukan kampanye secara sistematis dan persisten kepada pihak-pihak terlibat.

Langkah proteksi juga dilengkapi dengan spatial monitoring and reporting tool (SMART), monitoring dengan sistem teknologi berbasis data spasial untuk memastikan perlindungan habitat berjalan optimal.

Satu yang tak kalah penting, Ali menambahkan perihal dukungan pendanaan program. "Perlu menggalang sumber-sumber pendanaan untuk terus melakukan program konservasi orang utan di Indonesia,” tuturnya.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Ajeng Dwita Ayuningtyas