Investasi di sektor panas bumi berpotensi meningkat untuk beberapa tahun ke depan. Penyebabnya adalah tambahan investasi dari eksplorasi enam perusahaan dan penugasan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) di tiga wilayah kerja.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi tambahan investasi itu bisa mencapai US$ 416,843 juta atau Rp 6,2 triliun. Perinciannya, US$ 147,043 juta untuk survei pendahuluan dan eksplorasi; sedangkan US$ 269,8 juta merupakan investasi PLN.
Pemerintah pun telah menyerahkan surat penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi (PSPE) panas bumi ke enam perusahaan. Dengan penugasan itu, harapannya investasi bisa meningkat.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Ida Nuryatin Finahari mengatakan nantinya ada delapan wilayah kerja baru yang akan dieksplorasi. “Setelah dijalankan tentunya menambah investasi,” kata dia di Jakarta, Kamis (6/9).
Salah satu perusahaan yang menerima PSPE adalah Star Energy. Mereka akan menggarap daerah panas bumi di Gunung Hamiding, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Rencana investasinya sekitar US$ 23,69 juta.
Selain di Hamiding, Star Energy mendapatkan PSPE di Suoh Sekincau Selatan, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung Barat. Investasinya US$ 15,53 juta.
Perusahaan lain yang mendapat PSPE adalah PT Hitay Energy. Perusahaan ini akan menggarap daerah Tanjungsakti, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan; Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Investasinya US$ 6,18 juta.
Hitay Energy juga akan menggarap daerah Geureudong, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. Investasinya US$ 29,25 juta.
PT EDC Indonesia mendapatkan PSPE menggarap daerah Graho Nyabu, Kabupaten Merangin, Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi; dan Kabupaten Muko-muko Provinsi Bengkulu. Investasinya US$ 10,057 juta.
Ada lagi PT Optima Nusantara Energy menggarap daerah Simbolon Samosir, Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Asahan, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Rencana investasinya US$ 39, 5 juta.
PT Sumbawa Timur Mining menggarap daerah Hu’u Daha, Kabupaten Dompu, dan Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Investasinya US$ 11,574 juta.
Kemudian PT Ormat Geothermal Indonesia mengerjakan eksplorasi di daerah Klabat Wineru, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Investasinya US$ 11,19 juta.
Adapun salah satu wilayah kerja panas bumi yang akan digarap PLN ada di daerah Oka Ile Ange di Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di sana PLN akan mengembangkan pembangkit 2x2,5 megawatt (MW).
Rencana beroperasi secara komersial tahun 2013 untuk unit I dan II. Investasi di Oka Ile Ange bisa mencapai US$ 31,7 juta.
Wilayah lainnya yang akan digarap PLN adalah Gunung Sirung, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Rencana pengembangan 2x5 MW. Rencana komersial tahun 2023 untuk unit I dan II dengan investasi US$ 48,6 juta.
PLN juga akan menggarap wilayah kerja panas bumi di daerah Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung; dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Kapasitasnya 20 hingga 40 MW. Rencana beroperasi komersial 2024 atau 2025. Investasinya US$ 99,7 juta hingga 189,5 juta.
(Baca: Dua Saran Menteri ESDM untuk Percepat Proyek Panas Bumi)
Adapun investasi panas bumi semester I-2018 mencapai US$ 643 juta atau 52,96% dari target. Beberapa kendalanya adalah minimnya infrastruktur.