Pandemi virus corona atau Covid-19 membuat konsumsi energi di dalam negeri turun drastis. Akibatnya berpengaruh terhadap target penyerapan Fatty Acid Methyl Ester atau FAME untuk mendukung program mandatori biodiesel 30% (B30).
Direktur Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, FX Sujiastoto menjelaskan pemerintah awalnya menargetkan volume penyerapan dari FAME tahun ini dapat mencapai 9,6 juta kiloliter (kl). Setelah pandemi corona, target serapan dikurangi menjadi 8,3 juta kl.
FAME merupakan molekul utama dalam biodiesel yang diperoleh dari minyak nabati melalui proses transterifikasi. Realisasi penyerapan FAME dari beberapa bulan terakhir mengalami penurunan. Pada Februari-Maret serapan mencapai 95%, kemudian pada April menjadi 94%, Mei turun menjadi 92%, dan Juni 94%.
"Bila ekonomi kembali berjalan dan transportasi berkembang, ini yang mendorong penggunaan B30," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (28/7).
Toto menyebut jika dibandingkan dengan Malaysia, Indonesia masih lebih baik dalam menjalankan program B30. Negeri jiran tersebut memilih menunda program B20 di tengah pandemi.
Maka itu, program B30 menurut dia sangat penting untuk tetap dilanjutkan. Apalagi Pertamina sebagai perusahaan pelat merah yang mengambil peran sebagai perusahaan penyedia energi di dalam negeri telah berhasil merampungkan fasilitas co-processing di kilangnya. "Kami mendorong bisa mencapai B100 baik co-processing atau investasi yang didorong investor,' kata dia.
Program B30 juga dinilai dapat mendukung geliat industri sawit. Selain itu mendorong pemerintah untuk mengejar target bauran energi 23% pada 2025.