PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi karbon dan mencapai bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Salah satu caranya dengan mengurangi penggunaan energi fosil.
Direktur Mega Project PLN Ikhsan Asaad mengatakan perusahaan bakal mengganti 5.200 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan pembangkit listrik berbasis EBT. "Kami juga sesuaikan dengan kondisi dan resources yang ada. Seperti matahari kan tinggi ya di (Indonesia) Timur, kami bisa ganti pakai PLTS," ujar Ikhsan dalam Webinar Katadata, SAFE Forum 2020: The Transition Toward Sustainable Energy, Rabu (26/8).
PLN juga mengembangkan co-firing Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi (campuran) batu bara. Salah satu PLTU yang menerapkan sistem tersebut, yakni PLTU Paiton yang berkapasitas 2x400 megawatt (MW).
Perusahaan pelat merah itu pun bakal menggunakan teknologi tersebut untuk operasional PLTU lainnya. Saat ini terdapat 52 PLTU yang tengah uji coba menggunakan co-firing.
"Tahun depan semoga sudah bisa masuk komersial. Kalau 1 persen dari 18 gigawatt saja, sudah 18 megawatt. Target kami 10 persen penggunaan biomassanya," katanya.
Selain itu, PLN berencana membangun PLTS di 200 titik lokasi pembangkit berbasis diesel. Upaya tersebut dilakukan tak hanya untuk meningkatkan bauran EBT, tetapi juga mengurangi ketergantungan terhadap minyak.
"Kami juga memanfaatkan waduk, danau-danau, untuk PLTS terapung. Ini biayanya lebih rendah daripada akuisisi tanah," ujarnya.