MoU Ditandatangani, LG Chem Masuk ke Bisnis Baterai RI

ANTARA FOTO/REUTERS/Antonio Bronic
Ilustrasi. LG Energy Solution, anak usaha dari LG Chem asal Korea Selatan, telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia pada Jumat lalu (19/12).
22/12/2020, 18.31 WIB

LG Energy Solution, spin off usaha dari LG Chem asal Korea Selatan, telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia pada Jumat lalu (19/12). Kerja sama ini dalam rangka membangun pabrik baterai mobil listrik di Tanah Air. 

Melansir dari Korea Times, acara penandatanganannya dilakukan secara tertutup di Lotte Hotel, Seoul. Hadir di sana Presiden LG Energy Solution Kim Jong-hyun, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, dan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Sung Yun-mo. 

LG Energy mengonfirmasi adanya tanda tangan MoU tersebut tapi menolak mengungkapkan rinciannya. “MoU itu tidak mengikat dan spesifikasinya belum terkonfirmasi,” tulis perusahaan. 

Menurut pejabat pemerintah yang mengetahui rencana tersebut, nota kesepahaman itu berisi paket bisnis baterai di Indonesia. Dari mulai penambangan bahan baku hingga pembuatan sel baterai. LG Energy Solution akan memimpin konsorsium yang terdiri dari perusahaan Korea dan Indonesia.

Nilai proyeknya bakal mencapai triliunan won (triliunan rupiah). Selain LG International, perusahaan baja asal Korea, POSCO,  juga disebut akan menjadi pemangku kepentingan dalam proyek tersebut. “MoU itu menunjukkan bahwa perusahaan dan negara telah mencapai titik temu dari perspektif luas, tapi masih mempersempit perbedaan mereka dalam hal detail,” kata sumber Korea Times

LG Energy Solution dan Hyundai Motor pun disebut-sebut akan membuat usaha patungan. Saat ini Hyundai Motor sedang membangun pabrik yang mampu memproduksi 250 ribu kendaraa, termasuk mobil listrik (EV), setiap tahun di Indonesia. 

Untuk pasokan baterai yang stabil, kedua belah pihak dilaporkan setuju mendirikan usaha patungan. Keduanya sekarang sedang menyempurnakan detail proyeknya.

LG Chem Ingin Kepemilikan Tambang Nikel Antam?

Proses diskusi pemerintah dan LG Chem masih berlangsung. Diskusinya terbilang alot lantaran perusahaan dikabarkan meminta kepemilikan saham tambang nikel PT Aneka Tambang (Persero) Tbk alias Antam

Saat diminta tanggapan mengenai hal tersebut, Sekretaris Perusahaan Indonesia Asahan Aluminium atau MIND ID Rendi A Witular pun memilih enggan berkomentar. "Mohon maaf saya belum bisa kasih tanggapan ya," kata Rendi kepada Katadata.co.id, Selasa (22/12).

MIND ID merupakan induk usaha Antam. Sekretaris Perusahaan Antam Kunto Hendrapawoko pun tak menjelaskan secara jelas mengenai kabar tersebut. 

Kunto mengatakan inisiasi pengembangan rantai industri baterai lithium-ion di Indonesia merupakan inisiasi yang dibangun oleh pemerintah. "Untuk meningkatkan nilai tambah produk nikel nasional dan industrialisasi produk tambang hingga pembangunan ke sektor hilir," kata dia.

Hal ini merupakan langkah strategis yang saat ini dipersiapkan perusahaan untuk mewujudkan aspirasi pemerintah tersebut. Antam akan berupaya mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis.

Di sisi lain, Kunto menyatakan Antam juga memiliki portofolio nikel yang solid, serta kompetensi teknis dalam pengembangan hilirisasi produk olahan nikel. Saat ini Antam bersama MIND ID sedang melaksanakan tahap penjajakan dengan mitra-mitra strategis yang memiliki komitmen finansial yang solid, penguasaan teknologi dan proses pengolahan ekstraktif nikel baterai, serta memiliki basis pasar untuk produk baterai listrik.

Ia menyebut Antam bersama MIND ID memiliki komitmen dalam mendukung aspirasi pemerintah sejalan dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan skala bisnisnya. Pengembangan baterai nasional bersifat strategis. Permintaannya diperkirakan akan tinggi, baik dalam maupun luar negeri. Kesempatan ini akan menjadi prosspek baik bagi Antam untuk memperkuat portofolionya. 

Pada 2021, Antam akan fokus pada ekspansi pengolahan mineral bersifat hilir. Termasuk di dalamnya, perluasan basis cadangan dan sumber daya, menjalin kemitraan untuk mengembangkan produksi mineral olahan baru dari cadangan yang ada. Kemudian menurunkan lebih lanjut cash cost dan meningkatkan daya saing biaya, serta peningkatan kinerja bisnis inti untuk meningkatkan daya saing perusahaan.

Sebagai informasi, MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero) berencana akan membangun pabrik baterai. Komponen utama pembuatan baterai ini salah satunya adalah nikel. Indonesia merupakan pemilik cadangan komoditas tambang itu yang terbesar di dunia. 

Dalam konsorsium tersebut. Ada dua perusahaan asing yang telah menyatakan minatnya bergabung dalam bisnis ini, yaitu Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea. Keduanya termasuk produsen baterai kendaraan listrik (EV) terbesar di dunia.

Namun, dari kedua perusahaan asing tersebut. Baru CATL yang bakal menggelontorkan investasi senilai US$ 5 miliar atau sekitar Rp 71 triliun ke Indonesia.

CATL pun telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Antam. Perusahaan pelat merah ini akan memasok bahan baku pembuatan baterainya. Sebagai gantinya, CATL memastikan 60% proses pemurnian nikelnya, bahan baku baterai, dikerjakan di Indonesia. “Kami tidak mau mereka dapat nikel tapi prosesnya di luar negeri,” kata Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Septian Hario Seto.

Reporter: Verda Nano Setiawan