Faisal Basri Ramal RI Defisit Energi pada 2040 Jika Tak Beralih ke EBT

esdm.go.id
Ekonom senior INDEF, Faisal Basri.
24/9/2021, 14.52 WIB

Founder and CEO, Council on Energy, Environment, and Water (CEEW) Dr. Arunabha Ghosh mengatakan dekarbonisasi tidak hanya mendukung ekonomi saat ini, namun ekonomi di masa mendatang. Ia pun mencontohkan, negara asalnya, India, mempunyai target kapasitas terpasang dari pembangkit EBT yang cukup ambisius.

Pemerintah India telah mengusulkan kebijakan baru untuk mematok target 450.000 MW pembangkit EBT pada 2030. "Ini adalah bukan saja transisi energi tapi revolusi energi," ungkapnya.

Di samping itu, menurut dia dengan masuknya energi terbarukan dalam sistem kelistrikan di India. Setidaknya hal ini akan berdampak besar pada penciptaan lapangan kerja.

"EBT dalam skala besar lebih banyak lapangan kerja. ada jutaan lapangan kerja yang diciptakan oleh EBT. Bukan hanya infrastruktur kalau kita melihat ada dua ribu lapangan kerja untuk produksi hidrogen ramah lingkungan," katanya.

Sementara itu menurut laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF), transisi energi Indonesia relatif tertinggal dibandingkan negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Indonesia hanya menempati peringkat keenam skor indeks transisi energi. Simak databoks berikut:

Sebagai informasi, indeks transisi energi (energy transition index/ETI) terbentuk atas tiga elemen performa sistem, yakni keamanan dan akses terhadap pasokan energi, keberlanjutan lingkungan, serta pertumbuhan dan perkembangan ekonomi.

Selain itu, sejumlah kesiapan transisi juga menjadi indikator, seperti modal dan investasi, struktur sistem energi, serta komitmen dan regulasi. ETI yang menjangkau 115 negara tersebut digambarkan dengan skor berskala 0-100 poin.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan