Erick Thohir Dorong BUMN Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Menteri BUMN Erick Thohir bersama Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo mendampingi Presiden Joko Widodo belum lama ini.
Penulis: Yanuar
4/6/2022, 16.01 WIB

Pemerintah Indonesia sesuai Kesepakatan Paris 2015 bertekad mengurangi emisi gas rumah kaca setengahnya sebelum tahun 2030 dan mencapai zero emission pada 2060 untuk membatasi peningkatan pemanasan global 1,5 °C.

Kementerian Badan Usaha Milik Negara mendukung program pemerintah ini di antaranya dengan mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang potensinya melimpah di Tanah Air.

Langkah awal dilakukan Menteri BUMN Erick Thohir dengan membentuk Tim Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Energi Surya pada 27 Juli 2020. Tim yang dipimpin langsung oleh Erick ini melibatkan tiga BUMN, yakni PLN, Pertamina, dan LEN Industri.

Menurut Ketua Tim Kerja yang juga Direktur Operasi I PT Len Industri, Linus Andor M. Sijabat, BUMN bisa menjadi inisiator atau pelopor sekaligus untuk mengejar target energi bauran 2025.

“BUMN bisa menjadi role model implementasi green energy di Indonesia dan membantu pemerintah mengurangi emisi gas rumah kaca,” ujar Linus saat peluncuran Tim Kerja ini, Agustus 2020.

Pengembangan listrik tenaga surya menjadi salah satu prioritas BUMN dalam mengejar energi bauran karena Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan iradiasi energi matahari rata-rata 4,80 kWh/m2/ hari menghasilkan potensi 207,8 Guga Watt.

Ironisnya, berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai 2020, pemanfaatannya dalam bentuk PLTS masih di bawah 200 Mega Watt. Ini artinya belum sampai 0,1 persen dari potensi.

Padahal, instalasi PLTS relatif lebih sederhana dibandingkan dengan energi baru terbarukan lainnya. “Instalasi PLTS dapat dilakukan dengan mudah di berbagai lokasi,” kata Linus.

Pemasangan PLTS dengan berbagai ukuran serta kapasitas menjadi daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan jenis pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) lainnya, kata dia.

Pilihan terhadap PLTS juga karena BUMN memiliki kemampuan dan sudah dipercaya dunia.

Ini terbukti ditunjuknya konsorsium tiga BUMN membangun PLTS dengan kapasitas 200 Mega Watt  di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, Afrika, dengan nilai US$ 175 juta atau setara dengan Rp 2,59 triliun. Tiga BUMN tersebut adalah  PT Len Industri, PT Barata Indonesia, serta serta PT INKA.

Sejumlah langkah dilakukan Tim Kerja, di antaranya mendorong BUMN membangun PLTS di lingkungannya. Misalnya, Jasa Marga memanfaatkan energi surya untuk penerangan di jalan tol atau Pertamina menggunakannya di SPBU.

Di lingkungan BUMN sendiri, jika semua perusahaan BUMN memanfaatkan PLTS, potensinya diperkirakan sebesar 1,4 Giga Watt dengan biaya investasi kurang lebih Rp15 triliun.

“Pemanfaatannya bisa diterapkan di jalan tol, bandara, SPBU, stasiun, pertambangan, pabrik, kantor, perkebunan, tambang dan sebagainya,” kata Linus.

Potensi tersebut terdiri atas jalan tol 81,7 MW, bandara 167 MW, SPBU 75 MW, stasiun 55,8 MW, tambang 131 MW, pabrik 28 MW, kantor 35,75 MW, perkebunan 400 MW, pelabuhan 192 MW, serta gudang 231,5 MW.

Bentuk Nyata Dukungan BUMN
PT Bukit Asam Tbk dan PT Jasa Marga Tbk bekerja sama mewujudkan BUMN sebagai perintis PLTS dengan membangun pembangkit listrik energi matahari ini di Tol Bali Mandara, Bali, mulai Maret lalu.

Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi sinergi dan terobosan yang dilakukan kedua perusahaan pelat merah tersebut.

Menurut Erick, upaya tersebut bentuk nyata dukungan BUMN dalam Presidensi G20 2022 sekaligus pengurangan emisi karbon global.

Menurut Erick, kerja sama yang dibangun ini merupakan salah satu langkah konkret untuk mewujudkan nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) yang ditargetkan pemerintah tercapai pada 2060.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah juga sedang berproses melakukan mekanisme transisi energi dan mendorong ekosistem mobil listrik.

PLTS ini memiliki kapasitas maksimum 400 kilowatt dipasang di gerbang tol dengan panjang panel surya masing-masing 1 kilometer.

Selain mendorong pembangunan PLTS di kalangan BUMN, Erick Thohir juga mendirikan holding perusahaan baterai listrik yang menjadi komponen penting mesin mobil listrik dan juga pembangkit energi surya.

Sebanyak empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC).

Keempatnya, yakni Holding Industri Pertambangan MIND ID (PT Indonesia Asahan Aluminium/Inalum), PT Anyam Tbk (ANTM), PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham sebesar masing-masing 25% pada Maret lalu.

Prestasi lain BUMN dalam pembangunan PLTS ditunjukkan PLN melalui proyek PLTS Terapung Cirata  bekerja sama dengan Abu Dhabi.

Kapasitas listrik yang dihasilkan hingga 145 MW dan berpotensi mengurangi emisi sebesar 214.000 ton. Menurut Menteri Erick, PLTS terapung pertama ini bisa ditiru di sungai atau danau lain di Indonesia.

(Tim Riset Katadata)