Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut negara tetangga Indonesia, Singapura, brengsek. Hal ini terkait dengan permintaan Singapura agar Indonesia mengekspor listrik bersih ke negara tersebut.

Namun Luhut geram karena seluruh proyek untuk membangun transmisi untuk mengirim listrik ke Singapura tidak diberikan ke Indonesia.

“Singapura minta kita ekspor listrik clean energy ke sana. Kita tidak mau. Mau kalau proyeknya di kita,. Jangan kau (Singapura) yang atur. Kan’ brengsek ini Singapura, dipikir kita bodoh,” kata Luhut dalam acara Hilirisasi dan Transisi Energi Menuju Indonesia Emas, dikutip Kamis (11/5).

Pada Maret Presiden Joko Widodo berkunjung ke Singapura dan bertemu dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong. Dalam pertemuan tersebut ditandatangani sejumlah nota kesepahaman kerja sama atau Mou, salah satunya terkait energi terbarukan.

PM Lee mengatakan kerja sama ini akan mendukung pengaturan komersial pada pengembangan kemampuan energi terbarukan pada infrastruktur transmisi dan perdagangan listrik lintas batas.

“Itu akan memperkuat infrastruktur energi dan transisi energi dan keamanan energi untuk Singapura dan indonesia dan juga mendukung inisiatif regional seperti ASEAN Power Grid. itu adalah hasil win-win,” kata Lee Kamis (16/3).

Sebelumnya, sebuah konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan EBT asal Singapura, Sunseap Group, telah menandatangani nota kesepahaman untuk mengembangkan sistem pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kepulauan Riau.

Nota kesepahaman ini ditandatangani oleh beberapa perusahaan di antaranya Sumitomo Corp., Samsung C&T Corp., Oriens Asset Management, ESS Inc., Durapower Group, PT Mustika Combol Indah, dan PT Agung Sedayu.

Sunseap menjelaskan bahwa PLTS yang akan dibangun berkapasitas total 7 gigawatt-peak (GWp), termasuk di dalamnya PLTS terapung sebesar 2,2 GWp yang akan dibangun di pulau Batam. Listrik yang dihasilkan nantinya akan diekspor untuk memenuhi kebutuhan energi Singapura menggunakan kabel listrik bawah laut.

Namun langkah tersebut ditentang Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. Bahlil menegaskan, jika Indonesia berhasil mengembangkan potensi EBT, produknya tidak akan diekspor namun digunakan untuk memacu industri dalam negeri.

“Karena kalau listriknya kita jual ke negara lain, maka industri akan lari ke sana,” kata Bahlil dalam Investment Forum ‘Mendorong Percepatan Investasi Berkelanjutan dan Inklusif’, Rabu (18/5/2022).