Menteri ESDM Berambisi Capai NZE: ASEAN Punya Sumber EBT 17 Ribu GW

ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif.
Penulis: Nadya Zahira
Editor: Lavinda
15/9/2023, 19.54 WIB

Negara-negara di Kawasan Asia Tenggara (ASEAN) berkomitmen untuk mencapai nol bersih karbon pada 2060. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif optimistis target itu bisa tercapai karena ASEAN diberkahi dengan sumber daya energi berlimpah, khususnya sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT). 

“Khususnya sumber daya EBT yang berjumlah lebih dari 17.000 Giga Watt, sebagian besar berasal dari tenaga surya 15.602 GW dan angin 1.255 GW,” ujarnya dalam acara PYC International Energy Conference 2023, di Jakarta, Jumat (15/9).

Arifin mengatakan, cadangan gas negara-negara ASEAN memiliki sekitar 130 Trillion Cubic Feet (TCF), terutama berasal dari Indonesia 44 TCF, Malaysia 32 TCF, dan Vietnam 22,8 TCF.

Menurut dia, negara-negara ASEAN dengan sumber daya energi bersih dan terbarukan yang sangat besar tersebut, berupaya menerapkan transisi energi untuk mencapai nol emisi karbon pada pertengahan abad ini.

Di sisi lain, dia mengatakan proses transisi energi telah dilakukan Indonesia untuk menuju energi bersih pada tahun 2060, dengan mengoptimalkan pemanfaatan EBT sebagai sumber energi.

Pemerintah mengembangkan peta jalan transisi energi untuk mengembangkan 700 GW EBT dalam bauran energi. Hal ini berasal dari tenaga surya, air, laut, panas bumi, dan nuklir.

Arifin mengatakan, untuk mendukung negara-negara ASEAN menuju NZE, Indonesia berencana membangun Super Grid guna meningkatkan pengembangan energi terbarukan, sekaligus menjaga stabilitas dan keamanan sistem kelistrikan. 

“Hal ini akan membuka peluang untuk terhubung dengan ASEAN Power Grid,” kata dia. 

Dari sisi permintaan, Arifin mengatakan akan menerapkan beberapa strategi misalnya elektrifikasi di industri; penetrasi kendaraan listrik; pemanfaatan hidrogen; pengembangan jaringan gas kota; dan efisiensi energi.

Namun, dia menuturkan untuk mempercepat transisi energi, diperlukan akses terhadap teknologi rendah karbon dan dukungan keuangan dengan bunga rendah, serta pembiayaan berkelanjutan yang mudah diakses.

Selain itu, dia mengatakan percepatan transisi energi akan meningkatkan kebutuhan mineral penting. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan mineral yang besar seperti nikel, bauksit, timah, dan tembaga.

Cadangan mineral besar tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk teknologi energi ramah lingkungan seperti panel surya, Sistem Penyimpanan Energi Baterai (BESS), jaringan listrik pintar, hingga kendaraan listrik.

“Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan pengolahan, pemurnian, dan hilirisasi industri berbasis mineral,” kaya di.

Oleh karena itu, Indonesia menyambut baik kolaborasi bersama dengan Negara-negara Anggota ASEAN dan negara-negara lain di bidang tersebut untuk mengamankan rantai pasokan global. 

“Saya juga ingin mendorong kerja sama berkelanjutan dari Negara-negara Anggota ASEAN dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan kemitraan inklusif dalam mempercepat transisi energi, meningkatkan keamanan energi, dan meningkatkan konektivitas,” ujarnya.

Reporter: Nadya Zahira