PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui PT PLN Nusantara Power (PLN NP) telah meresmikan green hydrogen plant (GHP) pertama di Indonesia. Fasilitas ini berlokasi di kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muara Karang, Pluit, Jakarta.
GHP ini memanfaatkan sumber dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang terdapat di area PLTGU Muara Karang. Selain dihasilkan dari PLTS yang terpasang, hidrogen hijau juga berasal dari pembelian Renewable Energy Certificate yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang.
Hidrogen hijau merupakan sumber energi bersih yang hanya mengeluarkan uap air dan tidak meninggalkan residu di udara, atau menambah emisi karbon gas rumah kaca.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yudo Dwinanda Priaadi mengatakan, hidrogen hijau adalah bahan bakar alternatif masa depan. Hidrogen hijau menjadi salah satu pilar dalam transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) tahun 2060.
“Ke depan, hidrogen hijau ini adalah game changer dalam transisi energi. Pemerintah commit untuk mengembangkan ini, dan terus melakukan kajian dan rumusan kebijakan yang lebih komperhensif untuk mendorong hidrogen hijau ini berkembang di Indonesia,” ujar Yudo dalam siaran pers, Selasa (10/10).
Ia menambahkan, Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan hidrogen hijau. Singapura bahkan telah menyatakan kebutuhan hidrogen hijau dan akan menyerap produksi dari Indonesia. “Nantinya pengembangan harus terus dilakukan, seperti membangun storage-nya,” imbuh Yudo.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, salah satu kegunaan hidrogen adalah untuk bahan bakar alat transportasi. Menurutnya, masa depan sektor transportasi tak hanya akan bergerak ke arah listrik, namun juga memanfaatkan hidrogen.
GHP milik PLN menghasilkan energi terbarukan murni. Fasilitas ini mampu memproduksi hingga 51 ton hidrogen per tahun. Dari angka tersebut, sebesar 43 tonnya dapat dimanfaatkan untuk 147 mobil yang menempuh jarak 100 kilometer setiap hari.
“Jika saat ini emisi 10 kilometer kendaraan BBM sebesar 2,4 kilogram CO2, maka dengan menggunakan green hydrogen yang emisinya 0, artinya bisa menghindarkan emisi sebesar 1.920 ton CO2e per tahun,” papar Darmawan.
Selain untuk kendaraan, hidrogen ini juga dapat dimanfaatkan oleh sektor industri, seperti industri baja, beton, dan bahan kimia. Pemanfaatan hidrogen hijau akan memudahkan berbagai sektor industri yang sulit dielektrifikasi, seperti industri baja, penerbangan, kendaraan berat, dan perkapalan.
Direktur Utama PLN NP Ruly Firmansyah menyampaikan, pihaknya berencana mereplikasi teknologi di GHP kepada pembangkit PLN NP di Jawa yang memiliki hydrogen plant. Sehingga, potensi hidrogen hijau yang dihasilkan akan mencapai sekitar 150 ton per tahun.
“Peresmian hidrogen hijau pertama di Indonesia ini kami harapkan dapat menjadi pionir dan memunculkan banyak hidrogen hijau di penjuru nusantara,” tuturnya.