Aliansi Negara-negara Kepulauan: Ada Celah di Kesepakatan COP28

www.visitsolomons.com
Aliansi Negara-negara Kepulauan Kecil menilai kesepakatan COP28 tanpa melibatkan pendapat mereka.
Penulis: Hari Widowati
13/12/2023, 17.06 WIB

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim COP28 mengadopsi kesepakatan akhir yang menyerukan kepada negara-negara untuk beralih dari bahan bakar fosil untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim. Kesepakatan ini menuai pujian dari perwakilan delegasi, tetapi juga ada kekecewaan yang disuarakan oleh negara-negara kepulauan kecil.

Perwakilan Delegasi Samoa Anne Rasmussen yang mewakili Aliansi Negara-Negara Kepulauan Kecil mengatakan keputusan tersebut diambil tanpa kehadiran negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang.

"Kami sampai pada kesimpulan bahwa koreksi arah yang dibutuhkan belum didapatkan. Kami telah membuat kemajuan tambahan dari business as usual, padahal yang benar-benar kami butuhkan adalah perubahan langkah eksponensial dalam tindakan kami," ujar Rasmussen, seperti dikutip Reuters, pada Rabu (13/12). Menurut negara-negara kepulauan itu, kesepakatan COP28 bersifat inkremental, bukan transformasional.

Pulau-pulau di dataran rendah dikhawatirkan akan punah akibat naiknya permukaan air laut dan badai yang semakin parah. Kepulauan Marshall mengecam draf sebelumnya sebagai "surat perintah kematian".

"Adaptasi benar-benar merupakan masalah hidup dan mati ... Kita tidak bisa berkompromi dengan adaptasi, kita tidak bisa berkompromi dengan kehidupan dan mata pencaharian," kata Utusan Iklim Bangladesh Saber Hossain Chowdhury.

Sementara itu, Utusan Khusus Iklim Amerika Serikat John Kerry menyambut baik kesepakatan di COP28. "Saya pikir semua orang di sini harus senang. Di dunia yang sedang dilanda perang Ukraina dan Timur Tengah serta semua tantangan lain di planet ini, ada alasan untuk optimis, alasan untuk bersyukur, dan alasan untuk mengucapkan selamat kepada semua orang di sini."

Menteri Lingkungan Hidup Kanada Steven Guilbeault menyebut COP28 mencapai kesepakatan bersejarah. "Kesepakatan ini memberikan peluang untuk tindakan jangka pendek dan mendorong transisi yang aman, terjangkau, kompatibel dengan target 1.5C dan bersih. Naskah tersebut memiliki komitmen terobosan pada energi terbarukan, efisiensi energi, dan transisi dari bahan bakar fosil," ujarnya.