Penetrasi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia masih dihadapkan berbagai tantangan. Salah satunya yaitu masih belum berkembangnya ekosistem kendaraan listrik dengan masih terbatasnya jumlah stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Inspektur Ketenagalistrikan Ahli Muda Kementerian ESDM, Andi Hanif, mengatakan pemerintah telah melakukan berbagai langkah strategis dalam memasifkan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia. Seperti penyediaan infrastruktur untuk menumbuhkan minat masyarakat untuk beralih.
Menurut data Kementerian ESDM, jumlah SPKLU di Indonesia mencapai 932 unit hingga Desember 2023. Jumlah tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) untuk motor listrik ada 1.772 unit.
Menurutnya, penambahan infrastruktur ini mampu menumbuhkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik. Namun dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, swasta, hingga BUMN untuk bisa memasifkan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia demi tercapainya cita cita transisi energi.
“Pemerintah juga memberikan berbagai kemudahan untuk pihak swasta maupun investor untuk sama sama menjamurkan infrastruktur ini,” ujarnya dalam acara Gatrik Goes to Campus di Politeknik Negeri Bandung, dikutip Senin (26/2).
Sementara itu, Analis Kebijakan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Robi Kurniawan menambahkan pentingnya masyarakat pindah dari kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik. Langkah ini sebagai akselerator penting dalam menurunkan emisi karbon.
Robi mengatakan Indonesia menargetkan bisa mengurangi hingga 358 juta ton CO2 pada 2030. Penggunaan kendaraan listrik merupakan salah satu instrumen dalam reduksi dan energi efisiensi. “Masifnya kendaraan listrik di Indonesia mampu berkontribusi dalam mengurangi 7,23 juta ton CO2 per tahun,“ kata Robi.
Program Insentif Konversi Kendaraan Listrik
Pemerintah saat ini tengah membuka program insentif konversi motor listrik untuk bisa memberikan berbagai opsi kepada masyarakat dalam beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).
Ini sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan jumlah kendaraan listrik yang beredar di Indonesia. Selain itu, juga menghemat penggunaan BBM dan mampu mengurangi emisi yang lebih masif.
Robi mengatakan dengan dengan konversi motor BBM ke motor listrik maka pemerintah bisa menghemat impor BBM hingga 13,77 juta barel per tahun. Penurunan emisi bisa mencapai 4,16 juta ton per tahun dan konsumsi listrik nasional bisa tumbuh hingga 2,6 TWh per tahun.
National Project Manager Enhancing Readiness for the Transition to Electric Vehicles in Indonesia (ENTREV), Eko Adji Buwono mengatakan konversi motor menjadi salah satu upaya strategis pemerintah. Sebab, pertumbuhan kendaraan BBM di Indonesia saat ini mencapai 153 juta kendaraan.
Sebagai kontributor utama emisi, kendaraan BBM perlu diubah menjadi kendaraan listrik untuk mengakselerasi reduksi emisi di Indonesia. Ia kembali menegaskan berbagai langkah yang sudah disiapkan oleh pemerintah perlu dukungan semua pihak.
“Kerjasama pentahelix menjadi hal yang penting. Keterlibatan langsung BUMN, privat sektor, industri, bahkan hingga masyarakat mampu menumbuhkan kesadaran komunal sehingga mempercepat transisi energi,” kata Eko.
Eko mengatakan membangun ekosistem kendaraan listrik ini tidak hanya sekedar mengurangi emisi. Namun justru bisa menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Dosen Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Haryadi juga menegaskan peran akademisi dan perguruan tinggi dalam ekosistem kendaraan listrik ini juga sangat penting. Kedepan, ekosistem kendaraan listrik terlebih lagi transisi energi butuh Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni.
Tanpa adanya SDM yang adaptif dalam pertumbuhan teknologi dan tuntutan zaman, maka target Net Zero Emission (NZE) yang diemban pemerintah akan sulit tercapai. “Perguruan tinggi memegang peranan penting dalam penguatan riset dan penyiapan SDM unggul untuk bisa menjalankan transisi energi di Indonesia,” kata Haryadi.