Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melantik Eniya Listiani Dewi sebagai Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konversi Energi (EBTKE) di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (14/3). Eniya diminta fokus untuk merampungkan pembahasan Rancangan Undang-undang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET).
“Kepada Direktur Jenderal yang baru dilantik dan jajarannya yang baru dirotasi saya berharap dapat terus melakukan pengembangan transisi energi menuju net zero emission," kata Arifin.
Dia mengatakan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan kontribusi energi yang besar di 2030. Kontribusi emisi tersebut berjumlah hampir 360 juta ton karbon.
Dirjen EBTKE, Eniya Listiani Dewi, mengatakan terdapat sejumlah catatan yang telah diberikan menteri Arifin untuk tugas barunya. Hal itu terutama menggenjot bauran EBT yang masih belum mencapai target.
Selain itu, dirinya juga diminta untuk mengebut pembahasan RUU EBET yang tertunda karena pemilu 2023.
"Nanti akan dibahas lagi dan saya harus update dulu tentang progresnya selama ini,' ujarnya.
Eniya mengatakan, Menteri Arifin menggarisbawahi pertimbangan power wheeling dalam pembahasan RUU EBET. Selain itu, terdapat juga isu konversi kendaraan listrik.
Mantan Peneliti Ahli Utama, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu juga mengatakan Kementerian ESDM juga akan melakukan pemetaan potensi EBT di daerah. Selama ini, pemetaan EBT tersebut masih dilakukan sektor tertentu atau pemerintah provinsi.
"Pemetaannya belum ada yang detail, nanti kita detailkan," ujarnya.
Bauran EBT Indonesia
Menurut laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) bertajuk Renewable Energy Statistics 2023, kapasitas energi terbarukan (EBT) di Indonesia terus meningkat dalam sedekade terakhir.
Teranyar, kapasitas EBT di Indonesia mencapai 12.603 megawatt (MW) pada 2022. Capaian itu naik 9,23% dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) yang sebesar 11.537 MW.
Adapun mayoritas kapasitas EBT di Indonesia pada 2022 berupa hydropower atau tenaga air, sebesar 6.689 MW atau setara 53,08% dari total kapasitas EBT Indonesia tahun lalu.
Selanjutnya, kapasitas EBT Indonesia berupa bioenergy atau bio energi (24,5%). Lalu, diikuti geothermal atau energi panas bumi (18,72%), hydropower atau tenaga angin (1,22%), dan solar energy alias energi surya (2,48%).