Penelitian Delft University of Technology (TU Delft) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menunjukkan Kalimantan Selatan (Kalsel) memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang besar, yaitu tenaga surya sebesar 53.170 Megawatt peak (MWp) dan tenaga angin sebesar 8.455 Megawatt (MW.) Dengan potensi tersebut, Kalsel tidak bergantung lagi dengan sumber batu bara yang besar.
Berdasarkan penelitian, sebanyak total 18% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalsel berasal dari batubara. Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara memiliki kapasitas 515 MW atau sekitar kurang lebih 77% dari total pembangkit listrik di provinsi ini.
“Dan kami mengetahui bahwa potensi EBT (di Kalsel) cukup besar,” kata Jaco yang merupakan Dosen di Fakultas Teknologi, Kebijakan, dan Manajemen TU Delft, dikutip Rabu (24/4). Hal ini disampaikannya dalam kegiatan Lecture Series bertema “Energy Transition Towards Zero Emissions”, Selasa (23/04), di Gedung B.J Habibie, Jakarta.
Melalui pendekatan participatory backcasting, Jaco dan tim menilai transisi energi menuju net zero emission di wilayah tersebut memungkinkan untuk dilakukan.
Backcasting partisipatif adalah praktik yang berkembang dalam transisi energi dan NZE. Pendekatan ini dilakukan dengan menetapkan target masa depan berkelanjutan yang diinginkan terlebih dahulu sebelum melihat ke belakang bagaimana hal tersebut dapat dicapai.
Meskipun demikian, dia mengakui proses transisi energi tersebut cukup kompleks dan sulit. Akan ada sejumlah kendala transisi energi yang ditemui, di antaranya perubahan yang besar mencakup semua sub sektor energi, dan juga multi aktor.
Selain itu, dia mengatakan, terdapat kompeksitas yang besar, yang berpengaruh pada nilai-nilai normatif dan isu ekonomi serta tantangan pada sektor pemerintahan.
Jaco mengatakan, Kalimantan merupakan kasus yang menarik dan relevan karena adanya berbagai visi dan keinginan pemerintah untuk beralih dari listrik berbasis batu bara. Kalsel juga telah memiliki sejumlah visi transisi energi di antaranya Rencana Umum Energi Daerah (RUED), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 yang disusun oleh PLN.
Selain itu, Kalsel juga termasuk dalam Regional Energi Outlook (REO) yang disiapkan oleh Badan Energi Denmark. TErdapat juga visi Zero Emission (ZE) untuk meminimalkan emisi dalam sistem energi yang diperoleh dari penelitian Pramudya dkk (2024).
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi, dan Kesejahteraan Masyarakat (OR TKPEKM) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Eko Nugroho, mengatakan transisi energi merupakan hal yang sangat menantang dan problematik baik dari sisi geografi, ekonomi, kebijakan, dan terutama dari sisi sosial. Masyarakat umumnya belum begitu familiar dengan istilah transisi energi untuk menuju NZE.
Indonesia saat ini masih bergantung pada produksi energi berbasis bahan bakar fosil, yang juga menjadi persoalan tersendiri. "Teknologi juga masih menjadi problematika, sehingga kami harus mengejar bagaimana mengadopsi teknologi EBT,” kata Agus.