PLN Nusantara Power Produksi 5,6 Juta MWh Listrik Berbasis EBT pada 2023
PT PLN Nusantara Power (PLN NP) mengklaim, berhasil memproduksi listrik yang bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 5,6 juta megawatt hour (MWh) sepanjang 2023.
Direktur Utama PLN NP, Ruly Firmansyah mengatakan, produksi tersebut berasal dari empat pembangkit EBT yaitu PLTA Brantas, PLTA Cirata, PLTS Terapung Cirata, dan PLTS Ibu Kota Nusantara.
"Beroperasinya pembangkit EBT ini, salah satunya PLTS Terapung Cirata yang merupakan PLTS terapung terbesar se-Asia Tenggara dan menjadi bukti dari komitmen PLN NP dalam menjawab tantangan transisi energi," ujar Ruly dalam keterangan, Kamis (25/7).
Kami juga turut serta dalam mendukung Green City di IKN dengan membangun PLTS sebesar 10 MW. Ruly mengatakan, PLN NP juga menghasilkan produksi listrik ramah lingkungan juga berasal dari inovasi melalui teknologi co-firing atau subtitusi batu bara dengan biomassa di PLTU.
Teknologi co-firing yang diterapkan PLN NP mampu diimplementasikan secara komersial pada 24 PLTU dan menghasilkan 511 ribu MWh listrik bersih. "Inovasi ini juga mampu mereduksi emisi hingga 533 ribu ton CO2," ujarnya.
Dengan capaian tersebut, sepanjang 2023 PLN NPmencatatkan produksi listrik sebesar 66,8 juta mega watt hour (MWh) atau tumbuh 291% dibandingkan realisasi tahun 2022 sebesar 17 juta MWh.
Perdagangan Karbon
PLN NP menargetkan untuk memperdagangkan emisi karbon setara 2 juta ton karbon tahun ini. Perseroan mempersiapkan 13 pembangkit listrik yang akan terlibat dalam perdagangan karbon tahun ini.
Direktur Management Human Capital dan Administrasi PLN NP, Karyawan Aji, mengatakan target emisi karbon yang diperdagangkan tersebut mencapai dua kali lipat dari realisasi 2023 yang mencapai 1 juta ton karbon.
"PLN Nusantara Power akan meningkatkan volume karbon yang siap diperdagangkan hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu serta mendorong pembangunan pembangkit berbasis energi baru dan terbarukan (EBT)," kata Karyawan Aji di Jakarta, Selasa (24/4).
Guna mencapai target net zero emission, PLN NP juga akan meningkatkan kapasitas pembangkit berbasis energi baru terbarukan hingga 6,3 Gigawatt (GW) pada tahun 2030. "Ada PLTS seperti yang kita bangun di IKN itu," ungkapnya.
Aji menegaskan, pembangunan pembangkit terbarukan dan perdagangan karbon oleh perusahaan merupakan upaya nyata dalam mendorong transisi energi guna mencapai target NZE di dalam negeri. Perusahaan yang membangun pembangkit berbasis EBT bisa membuat sertifikat karbon dan memiliki sertifikasi pengurangan emisi.
"Artinya dari emisi itu dapat diperjualbelikan dan mendorong adanya tambahan lain, sehingga secara keekonomian perusahaan yang membangun renewable (power plant) akan berkurang bebannya. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan yang mengoperasikan CO2 bebannya akan bertambah," paparnya.
Tahun lalu, PLN NP menjadi salah satu pihak yang sangat agresif dalam pembukaan perdagangan karbon di IDX Carbon yang diresmikan September 2023.
Saat baru diluncurkan PLN NP menjadi trader terbesar di Bursa Karbon Indonesia dengan membuka perdagangan karbon setara hampir 1 juta ton CO2. Tercatat, IDX Carbon telah terhubung dengan Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).