Perbandingan Motor Listrik dan BBM, Mana yang Lebih Untung?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Teknisi mengkonversi sepeda motor berbahan bakar minyak menjadi sepeda motor listrik di Bengkel Elders Garage, Pancoran, Jakarta, Jumat (2/8/2024). Kementerian ESDM membuka layanan gratis bagi 500 sepeda motor BBM milik warga bertempat tinggal di Jabodetabek untuk dikonversi menjadi sepeda motor listrik dengan biaya Rp16 juta per unit, tidak termasuk biaya cek fisik, biaya perubahan surat kendaraan, dan biaya rekondisi kendaraan.
23/8/2024, 09.25 WIB

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyebut penggunaan motor listrik lebih menghemat pengeluaran masyarakat dibandingkan dengan menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak.

Sekretaris Jendral Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, mencontohkan satu liter bensin setara dengan 1 kilowatthour (KWH) listrik yang digunakan untuk menempuh jarak yang sama.

"Kalau kita pakai motor listrik, 1 KWH itu, ini kami melakukan uji coba 10.000 km dengan boncengan. Itu 1KWH itu 35 kilometer. Jadi 1 liter sama dengan 1 KWH," ujar Dadan dalam acara 'EV Conversion Forum 2024' di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (22/8).

Dadan mengatakan, biaya penggunaan motor listrik lebih hemat jika dibandingkan dengan motor berbahan bakar minyak. Penggunaan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pengendara motor hanya mengeluarkan uang pada rentan Rp 2.000.

"Satu KWH itu kalau di SPKLU mungkin angkanya Rp 2.400, di 2000-an lah. biayanya Rp 2000-an versus dengan Rp 13.700 atau versus dengan harga-harga yang lain. Jadi kira-kira manfaatnya itu secara mikro di tingkat konsumen seperti itu," ujarnya.

Tekan Emisi Karbon

Selain itu, penggunaan kendaraan listrik juga dapat menekan emisi karbon yang dihasilkan oleh kendaraan. Kendaraan listrik hanya menghasilkan kurang dari setengah emisi jika menggunakan kendaraan berbasis BBM.

"Kira-kira kalau 1 KWH itu emisi untuk Jawa, ini 1 kilo. Jadi 1 kilo, 1 kilogram CO2 kalau kita pakai motor listrik, 2,5 kilogram kalau kita pakai motor BBM," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiani Dewi, mengatakan program konversi motor listrik dapat berperan untuk menurunkan emisi hingga 132,25 juta ton gas CO2.

"Itu merupakan 32% dari target kita yang harus menurunkan emisi 358 juta ton CO2 sampai 2030," ujar Eniya.

Dia berharap konversi motor listrik dapat menciptakan efek domini ekonomi dan membuat transisi energi yang berkeadilan dapat berjalan. Pasalnya, pemerintah akan melibatkan industri lokal, termasuk  usaha kecil menengah, dalam program konversi motor listrik tersebut.

Eniya mengatakan, sampai dengan saat ini Kementerian ESDM sudah melakukan konversi yang didukung oleh bengkel-bengkel yang tersertifikat dari kementerian Perhubungan sehingga dapat menyalurkan bantuan pemerintah. Saat ini, sudah ada 25 bengkel konversi dan akan terus bertumbuh.

Selain itu, Kementerian ESDM juga mendorong sekolah menengah kejuruan (SMK) dan UMKM di Indonesia bisa mendapatkan keahlian baru mengenai konversi kendaraan listrik.

"Inilah salah satu wujud dari greenjobs, salah satunya upaya yang mungkin hanya mengkonversi tapi dalam proses konversinya itu tumbuh skill bagaimana mengetahui baterai, bagaimana mengontrol baterai dalam kendaraan itu sendiri," ungkapnya.


Reporter: Djati Waluyo