Sejumlah perusahaan Eropa dikabarkan berencana hengkang atau membatalkan proyek energi baru terbarukan (EBT) di Vietnam. Kemajuan investasi EBT Vietnam dinilai terhambat oleh regulasi.
Dikutip dari Reuters, Selasa (10/9), Enel Italia dikabarkan bersiap untuk keluar dari Vietnam setelah sempat mengumumkan ingin berinvestasi untuk menghasilkan 6 gigawatt EBT di Vietnam pada 2022. Meskipun tidak menyebutkan jenis EBT yang akan diinvestasikan, namun Vietnam memiliki potensi besar pada energi angin dan matahari.
Sumber Reuters mengatakan, langkah tersebut merupakan bagian dari reorganisasi bisnis global Enel yang lebih luas.Tidak jelas apakah atau kapan keluarnya dari negara Asia Tenggara tersebut akan diumumkan. Perusahaan tersebut dijadwalkan untuk membuat presentasi perencanaan strategis tahunannya pada bulan November.
Namun demikian, Enel menolak berkomentar. Sumber tersebut tidak ingin disebutkan namanya karena informasi tersebut tidak bersifat publik.
Enel yang dikendalikan negara merupakan salah satu investor energi terbarukan terbesar di dunia. Namun sejak CEO Flavio Cattaneo mengambil alih tahun lalu, perusahaan tersebut telah mengalihkan fokusnya ke infrastruktur jaringan dan berjanji untuk mencurahkan sebagian besar investasinya di dalam negeri dan mengurangi paparan internasional.
Keluarnya Enel dari Vietnam akan menjadi pukulan terbaru bagi strategi energi negara Asia Tenggarayang bergantung pada peningkatan investasi energi terbarukan dan gas untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Tidak hanya Enel, bulan lalu Reuters melaporkan bahwa Equinor dari Norwegia membatalkan rencana untuk berinvestasi di sektor angin lepas pantai Vietnam. Sementara Orsted dari Denmark mengatakan tahun lalu akan menghentikan rencana untuk berinvestasi di ladang angin lepas pantai yang besar di negara tersebut.
Masalah Regulasi
Kapasitas listrik terpasang Vietnam saat ini sekitar 80 GW dan direncanakan pemerintah naik hampir dua kali lipat pada 2030. Pembangkit listrik tenaga angin diperkirakan akan mencapai hampir 20% dari total energi tersebut.
Vietnam telah meningkatkan upaya energi terbarukannya dalam beberapa tahun terakhir dan berupaya menarik banyak investor asing. Namun, Vietnam telah berjuang untuk mengintegrasikan sebagian kapasitas baru, dengan banyak proyek tenaga surya dan angin darat tidak terhubung ke jaringan listrik.
Baru-baru ini, kemajuan terhambat oleh kendala regulasi. Hal itu ermasuk kurangnya regulasi untuk mengembangkan tenaga angin lepas pantai, dan negosiasi berlarut-larut mengenai harga yang harus dibayarkan negara kepada produsen listrik.
"Saya pikir perusahaan-perusahaan mulai lelah dengan modal yang terikat di pasar yang beku," kata seorang eksekutif industri energi yang berbasis di Vietnam kepada Reuters, yang menolak disebutkan namanya karena komentar tersebut dapat berdampak pada bisnis mereka.
Untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat, negara tersebut telah meningkatkan konsumsi batu bara secara besar-besaran.